Senin, 23 Agustus 2010

PADI ADAN : PERMATA HIJAU DARI KRAYAN

Kecamatan Krayan merupakan wilayah paling utara di Provinsi Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sabah (Malaysia). Kecamatan ini merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Nunukan, dengan luas wilayah 183.754 Km2 dimana mayoritas penduduk bermatapencarian sebagai petani sawah. Daerah ini memiliki daya tarik tersendiri mengingat potensi alamnya yang khas, yang dicirikan dengan sistem pertaniannya yang organik dan bertumpu kepada sumberdaya alam. Hal lain yang tidak kalah menariknya adalah daerah ini merupakan bagian dari Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang, yang menampung keanekaragaman hayati dari berbagai spesies flora dan fauna khas Kalimantan. Disamping itu sistem budaya (sociocultural) yang masih melekat erat di tengah masyarakat Suku Dayak Lundayeh menjadi daya tarik tersendiri bagi Krayan. Ibarat seorang gadis dayak yang ayu dan belum tersentuh polesan, Krayan merupakan primadona yang ikut memperkaya khasanah budaya Bangsa Indonesia.
Ditengah arus globalisasi dan era transformasi dewasa ini, Krayan tetap eksis dengan sifat tradisionalnya dalam berusahatani padi sawah. Padi Adan, demikian nama spesifik lokal untuk padi yang umumnya ditanam oleh masyarakat Krayan, adalah plasma nutfah yang patut dilindungi dan dilestarikan. Keberadaannya bagi masyarakat tidak saja menjadi penunjang bahan pokok kehidupan, tetapi juga bernilai sakral karena menjadi menu utama dalam setiap acara adat maupun keagamaan. Pola pertanian yang diterapkan di Krayan merupakan potensi agrowisata yang masih kurang dikenal oleh para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun manca negara. Untuk itulah maka perlu adanya sosialisasi dan promosi yang lebih intens, yang dilakukan oleh pemda setempat maupun provinsi guna memperkenalkan daerah ini keluar. Termasuk diantaranya adalah ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pihak pemerintah.
Terkait dengan pertahanan dan keamananan nasional, Krayan dapat dikatakan sebagai halaman depan sebuah rumah yang bernama Indonesia. Beranda yang paling mudah diamati dan dilihat oleh para pendatang dari luar negeri, khususnya pendatang yang memanfaatkan jalur Long Midan (Indonesia) ke Ba’ Kelalan (Malaysia). Ironisnya bahwa pembangunan infrastruktur di Krayan berjalan relatif lamban. Satu – satunya jalan aspal yang bisa dinikmati oleh masyarakat saat ini hanya landasan pacu pesawat yang panjangnya ± 1 km, selain dari itu jalan kecamatan dan desa pada umumnya masih sebagian pengerasan. Sehingga kesan yang muncul bagi orang yang pertama kali menjejakkan kakinya di bumi Krayan adalah keterbelakangan. Padahal tidak kurang dari tokoh – tokoh dan pemuka daerah yang lahir dan tumbuh – besar di Krayan. Masih dibutuhkan sentuhan artistik guna memoles Krayan agar keayuannya semakin nampak bagi orang luar.
Akan halnya beras Adan yang merupakan produk khas Krayan, bukan saja memiliki nilai eksotika dengan sistem pengolahannya yang organik tetapi juga merupakan komoditas yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional. Kondisi pertanian yang tradisional hingga saat ini masih tetap dipertahankan di Krayan. Sebagaimana potret pertanian yang sarat dengan nilai – nilai tradisional, masyarakat Krayan mengelolah usahataninya secara terpadu dengan memadukan usahatani sawah, dengan ternak besar dan ikan sebagai penunjang serta keberadaan unggas sebagai pelengkap. Sistem pertanian ini telah berlangsung secara turun temurun dari beberapa generasi. Adat sebagai penyangga nilai – nilai hidup masyarakat Krayan mengajarkan kepada mereka kearifan lokal dengan tetap berusaha untuk survive dalam upaya mengembangkan usahataninya yang senantiasa bersandarkan kepada potensi alam sekitar. Keunikan inilah yang dimiliki oleh Krayan, yang tidak dimiliki oleh pola pertanian sistem moderen, dan pola pertanian ini juga dengan basisnya yang organik menjadikan beras Krayan punya nilai lebih dimata masyarakat Brunei Darussalam.
Resep pengelolaan usahatani yang tradisional ini menjadikan beras Krayan memiliki cita rasa khas, baunya harum, rasanya enak dan menyehatkan karena diolah secara organik. Bagi orang – orang yang baru sembuh dari sakit, beras Krayan dipercaya mempercepat proses penyembuhan dan menyehatkan. Pengelolaannya yang jauh dari unsur kimiawi, mulai dari fase semai hingga panen, menjadikan beras Krayan sebagai komoditas yang punya nilai lebih dimata pecinta komoditas organik. Bagi masyarakat Krayan, jargon back to nature bukan sekedar isapan jempol belaka namun telah menjadi bagian dari hidup dan sistem adat.
Meski belum ada penelitian yang membuktikan secara signifikan antara konsumsi beras Krayan dengan keadaan fisik orang asli Krayan sendiri, namun fisik orang Lundayeh berbeda dengan fisik orang dayak pada umumnya di Kalimantan Timur. Penduduk asli Krayan, yaitu suku dayak Lundayeh, memiliki postur tubuh relatif besar dan tinggi, dengan warna kulit yang putih bersih. Gadis – gadis Krayan terkenal akan keayuan dan kelembutannya, wajah yang putih kekuningan dan hidung yang mancung. Banyak tokoh – tokoh besar Kalimantan yang dilahirkan di Krayan, dan tidak sedikit pemuda Krayan yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi di kota – kota besar, baik di Indonesia maupun Malaysia.
Rumor yang berkembang bahwa beras Adan merupakan konsumsi wajib bagi para pejabat dan masyarakat Brunei Darussalam. Bahkan Sultan Brunei seringkali memesan secara khusus komoditas ini untuk konsumsi keluarga kerajaan. Negeri kecil yang terletak di daratan besar Pulau Kalimantan ini menjadi kaya akan beras produksi Krayan, sementara masyarakat Nunukan sendiri yang nota bene pemilik aset tersebut jarang mengkonsumsinya. Meski jalur perdagangan ini sudah berlangsung cukup lama, namun upaya – upaya intensif yang dilakukan oleh pihak pemerintah guna melegalkan perdagangan komoditas antar negara ini belum menunjukkan tanda yang menggembirakan.
Perdagangan beras Adan selama ini ke luar negeri melalui jalur Long Midan, sebuah desa kecil yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sabah (Malaysia). Dari Long Midan beras Adan dibawa ke Ba’ Kelalan (Malaysia) untuk selanjutnya diintrodusir oleh pedagang pengumpul ke kota – kota di Serawak, seperti Lawas dan Miri, hingga akhirnya masuk ke Brunei Darussalam. Ironisnya sebab aset nasional ini tidak memiliki pelebelan dan merek dagang yang seharusnya menjadi hak patent rakyat Krayan. Sehingga komoditas ini rawan penipuan dan plagiat produk Indonesia atas nama negara lain. Oleh karena itu maka perlu kiranya para pemerhati, penentu dan pengambil kebijakan untuk lebih arif dan bijaksana dalam melakukan tindakan penyelamatan terhadap plasma nutfah padi Adan.
Perlu adanya tindakan khusus yang lebih intensif dalam menjaga warisan budaya tani dari leluhur bangsa ini. Pencegahan dan penjagaan harus sedini mungkin dilakukan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, serta melibatkan praktisi lapangan dan lembaga sosial kemasyarakatan dalam menjaga aset – aset nasional seperti ini. Perlu adanya lembaga atau badan yang secara khusus mendata dan menginventarisir kekayaan alam Indonesia, bukan saja yang bersifat kesenian namun juga kekayaan alam lain seperti padi Adan. Keterlibatan tokoh adat dan masyarakat juga menjadi penting artinya dalam menjaga aset plasma nutfah padi Adan, mengingat masyarakat Krayan sangat kukuh dan tunduk pada norma dan nilai adat istiadat.
Guna menjaga adanya mengakuan hak cipta terhadap komoditas padi Adan dari negara lain, maka perlu kiranya pemerintah menyiapkan dana, baik dari APBD maupun APBN, yang membeli produksi beras adan masyarakat Krayan dan menjualnya berdasarkan standar pasar internasional. Hal ini menjadi penting mengingat selama ini satu – satunya pasar bagi produk usahatani padi adan di Krayan hanya ke Ba’kelalan (Malaysia). Bila pemerintah membeli beras masyarakat Krayan, berarti masyarakat memiliki alternatif pasar sehingga tidak mudah ditipu dan dipermainkan oleh cukong Malaysia.
Oleh karena itulah maka sosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat, tokoh – tokoh adat melalui pendekatan persuasif menjadi penting artinya. Pendidikan guna meningkatkan pemahaman masyarakat Krayan akan pentingnya bela negara dan kedaulatan NKRI perlu dilakukan. Bahwa arti penting bela negara tidak saja bersifat devensif akan adanya serangan dari luar, tetapi juga yang sifatnya protektif terhadap penjarahan aset – aset nasional yang ada di bumi Krayan. Perbaikan dan pembangunan infrastruktur perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah pusat dan daerah bagi Krayan, sebab Krayan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan negara lain. Semoga dengan upaya – upaya yang dilakukan, sebagaimana tersebut diatas, maka Padi Adan sebagai Permata Hijau Dari Krayan akan tetap lestari dan terjaga hingga di masa yang akan datang, Insya Allah.