A. Pendahuluan
Program
pemanfaatan pekarangan secara optimal yang digalakkan oleh pemerintah melalui
kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis kepada
sumber daya lokal ditujukan agar masyarakat secara mendiri dapat memenuhi
kebutuhan pangan dan kesehatannya, khususnya terkait keterpenuhan gizi dan
kalori yang sedemikian penting dibutuhkan oleh tubuh. Melalui pemanfaatan
pekarangan ini, kebutuhan masyarakat akan pangan dapat tercukupi. Disamping itu
optimalisasi pekarangan juga dapat membantu masyarakat dari segi ekonomi,
karena dapat menjadi penghasilan tambahan. Oleh karena itu maka Pemerintah
melalui Kementerian Pertanian, dan regulasinya ditindaklanjuti masing masing
oleh Pemerintah Daerah, menetapkan gerakan pembangunan ekonomi mikro rumah
tangga tani sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian.
Optimalisasi
pemanfaataan pekarangan, yang tidak hanya dimaksudkan agar dapat membangun
warung hidup namun juga apotik hidup, dimaksudkan agar kebutuhan pangan dan
kesehatan masyarakat dapat terpenuhi dan tercukupi secara seksama. Dalam hal ini,
pemanfaatan beberapa jenis herbal
yang berfungsi ganda, sebagai sayuran dan obat, lebih diutamakan untuk
dibudidayakan. Salah satu diantaranya kunyit putih (Curcuma mangga Val.) yang khasiatnya telah diketahui oleh
masyarakat.
B. Habitus
Kunyit Putih
Tanaman kunyit putih (Curcuma mangga Val.) merupakan tanaman semak berumur tahunan. Tanaman ini mempunyai tinggi
50 – 75 cm, bentuk batang semu yang tersusun dari pelepah – pelepah daun. Daunnya berwarna hijau, berbentuk seperti mata lembing bulat
lonjong di bagian ujung dan pangkalnya. Panjang daun 30 – 60 cm dengan lebar daun 7,5 -12,5 cm, tangkai daunnya sama panjang dengan panjang daunnya. Permukaan atas dan bawah daun agak licin, tidak berbulu.
Tanaman ini mempunyai bunga majemuk berbentuk bulir yang muncul dari bagian
ujung batang. Mahkota bunga berwarna kuning muda atau hijau keputihan, panjang
2,5 cm. Kunyit putih memiliki rimpang berbentuk bulat, renyah, dan mudah
dipatahkan. Kulitnya dipenuhi akar serabut yang halus hingga menyerupai rambut.
Rimpang utamanya keras, apabila dibelah tampak daging buah berwarna
kekuning kuningan pada bagian luar dan putih kekuningan pada bagan tengahnya. Rimpang berbau aromatis mirip bau mangga, dan rasanya mirip mangga sehingga disebut temu mangga. Ciri – ciri dari tanaman
kunyit putih ini memiliki bintik pada umbi mirip umbi jahe dan memiliki warna
krem agak kuning muda. Bau kunyit putih dalam keadaan segar hampir mirip
seperti mangga kweni.
Rimpang kunyit putih (Curcuma mangga Val.) mengandung minyak
atsiri, amilum, tanin, gula dan damar. Komponen yang terdapat dalam rimpang
yaitu myrcene (81,4%), β-ocimene (5,1%), β-pinene (3,7%), α-pinene (2,9%),
minyak atsiri (0,28%), dan kurkumin (3%). Selain itu rimpang dan daunnya mengandung saponin, flavonoid dan polifenol.
C. Manfaat
Bagi Kesehatan
Tanaman kunyit putih (Curcuma
mangga Val.) merupakan salah satu
obat tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat. Rimpangnya digunakan untuk mengurangi rasa nyeri saat haid, penambah nafsu makan,
penurun panas tubuh, penyempitan peranakan, mengobati masuk angin, dan gatal – gatal, dapat memperkecil rahim, menyempikan vagina, mengeringkan luka operasi kanker payudara, mengobati maag, peradangan sebagai akibat gangguan wasir, radang
tenggorokan, diare, lemah syahwat, penangkal racun, dan mampu menghambat pertumbuhan kanker.
Khasiat kunyit putih untuk mencegah
penyebaran sel kanker, fungsi kunyit putih dapat
dimaksimalkan untuk pencegahan penyakit kanker. Zat anti oksidan pada kunyit
putih berfungsi mencegah kerusakan asam deoksiribo nukleat (ADN) yang merupakan
salah satu senyawa yang menyusun gen. hasil kajian menunjukkan bahwa kunyit
putih (Curcuma mangga) mengandung protein
toksis. Sejenis ribosome in activating
protein (RIP). Protein ini mampu menonaktifkan rhibosom, sehingga sintesa
protein dalam sel terganggu. Protein toksis lebih mudah melakukan penetrasi ke
dalam sel kanker dari pada sel sehat. Akibatnya sel kanker tidak dapat
berkembang biak, karena sel kanker memiliki batas umur, maka lama kelamaan akan
habis dengan sendirinya.
-----------------
Penulis
: Asbudi Salam, SP. MAP. (PPL Ahli Madya)
Koordinator Bidang Konsumsi
dan Keamanan Pangan
Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Nunukan