Senin, 04 Februari 2019

USAHATANI TERPADU DI KRAYAN


Menyinggung tentang kegiatan usahatani yang multi komoditas, sesungguhnya bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat tani tradisional (subsisten) sudah lama menjalankan pola usahatani ini guna menunjang kebutuhan hidup keluarga. Baik secara langsung untuk tujuan konsumsi maupun sebagai komoditas barter antar barang/komoditas yang berbeda. Usahatani subsisten meski sifatnya komplementer, namun belum tentu terpadu antara satu jenis komoditas dengan komoditas lainnya. Sehingga pertanian subsisten terkadang lebih tepat bila dikatakan sebagai bertani dengan berbagai macam komoditas.
Usahatani terpadu adalah usahatani yang direncanakan sesuai dengan kondisi wilayah dan keluarga tani yang bersangkutan, dengan mengupayakan hubungan yang saling menunjang dari beberapa komoditas yang diusahakan sehingga dapat dicapai hasil usahatani yang optimal. Oleh karenanya maka usahatani terpadu bercirikan : sesuai dengan keadaan alam yaitu iklim, lahan, jenis tanah dan dapat memelihara sumberdaya alam sebagai dasar produksi pertanian; sesuai dengan tujuan keluarga tani yang melaksanakan; sesuai dengan keadaan khusus dalam usahatani terutama menyangkut tenaga kerja yang tersedia; sesuai dengan keadaan pasar, baik pasar untuk penjualan hasil maupun pasar untuk pembelian sarana produksi; serta sesuai dengan norma – norma sosial, kebijaksanaan dan program pemerintah.
Di Krayan, para tani telah lama menerapkan usaha tani terpadu, dan ini telah dijalankan secara turun temurun dan juga diwariskan dari generasi ke generasi. Pola usaha tani di Krayan selama ini menerapkan integrasi antara ikan,  padi, dan kerbau. Jenis padi adan yang berumur 6 bulan sangat memungkinkan dilakukannya kombinasi integrasi
antara padi yang ditanam di sawah dengan pemeliharaan ikan di lahan yang sama. Jenis ikan yang biasa dipelihara di lokasi persawahan adalah ikan nila, mas, sepat, gabus, dan berbagai jenis ikan air tawar lain yang plasma nutfahnya banyak terdapat di sungai – sungai Krayan. Jika musim panen telah tiba, maka para petani akan membawa bekal ke sawah berupa beras, memasak lalu menangkap ikan yang telah dilepas di persawahan sekian lama dan dijadikan lauk. Pelepasan ikan di sawah yang bersamaan dengan pemeliharaan padi ini diyakini oleh masyarakat setempat akan mampu menekan serangan hama padi di pertanaman, disamping eksudat ikan menjadi pupuk bagi padi di pertanaman.

Jika panen telah usai dilakukan, maka kerbau akan dilepaskan mencari pakan dari sisa panen, baik berupa jerami atau pakan hijauan lain yang banyak tumbuh di sawah atau pematang. Jumlah populasi ternak, khususnya kerbau dan sapi, di Krayan terbilang cukup besar. Data yang dihimpun dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Nunukan Tahun 2008 menunjukkan bahwa populasi sapi dan kerbau mencapai 3.019 ekor. Ini belum termasuk ternak babi dan unggas. Jika asumsi rata – rata sapi/kerbau bisa menghasilkan limbah 15 Kg setiap hari maka dalam sehari limbah organik yang dihasilkan di Krayan adalah 45.285 Kg. Limbah inilah yang digunakan oleh para petani Krayan dalam menunjang kegiatan usahatani padi sawah. Kerbau ditambat di tengah lahan persawahan hingga menunggu musim tanam berikutnya. Ternak kerbau ini akan merumput di lahan persawahan, disamping membuang kotorannya yang berguna sebagai pupuk organik, sistim pertanian organik ini telah berlangsung sejak lama secara turun temurun.
 Pola usahatani padi sawah di Krayan hanya sekali dalam setahun, mengikut musim penghujan. Padi sawah Krayan, yang sering disebut dengan Padi Adan merupakan potensi lokal spesifik dengan umur semai hingga panen mencai 6 bulan. Sehingga diluar masa tanam, ternak kerbau dibiarkan berkeliaran mencari pakan sendiri di alam bebas.
Pada saat musim tanam, areal persawahan diberi pagar dari bambu atau kawat duri untuk mencegah ternak kerbau masuk dan memakan padi yang telah ditanam. Pada saat penanaman padi telah dimulai, khususnya saat dua bulan sebelum bulir padi masak susu, para petani Krayan biasa menanami pinggir pematang dengan aneka sayuran yang mengeluarkan bau khas seperti kemangi dan cabe. Tujuannya adalah untuk mengacaukan alat sensor hama, sehingga menekan intensitas serangan hama terhadap tanaman padi. Pada beberapa kelompok tani/petani ada yang menanam jagung manis ditepi pematang, dengan maksud untuk menghalangi laju penyebaran hama terhadap petakan sawah lainnya. Bila jagung telah berumur 1,5 bulan, petani menanam kacang panjang didekat batang jagung sehingga setelah jagung dipanen, maka batang jagung berfungsi sebagai tajar kacang panjang. Dampak kegiatan usahatani yang terpadu ini sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat Krayan, karena disamping menekan intensitas serangan hama dan penyakit pada pertanaman, aneka sayuran ini juga dijual untuk menunjang ekonomi keluarga.