Menyinggung tentang kegiatan
usahatani yang multi komoditas, sesungguhnya bukan hal yang baru bagi
masyarakat Indonesia. Masyarakat tani tradisional (subsisten) sudah lama
menjalankan pola usahatani ini guna menunjang kebutuhan hidup keluarga. Baik
secara langsung untuk tujuan konsumsi maupun sebagai komoditas barter antar
barang/komoditas yang berbeda. Usahatani subsisten meski sifatnya komplementer,
namun belum tentu terpadu antara satu jenis komoditas dengan komoditas lainnya.
Sehingga pertanian subsisten terkadang lebih tepat bila dikatakan sebagai
bertani dengan berbagai macam komoditas.
Usahatani terpadu adalah usahatani
yang direncanakan sesuai dengan kondisi wilayah dan keluarga tani yang
bersangkutan, dengan mengupayakan hubungan yang saling menunjang dari beberapa
komoditas yang diusahakan sehingga dapat dicapai hasil usahatani yang optimal.
Oleh karenanya maka usahatani terpadu bercirikan : sesuai dengan keadaan alam
yaitu iklim, lahan, jenis tanah dan dapat memelihara sumberdaya alam sebagai
dasar produksi pertanian; sesuai dengan tujuan keluarga tani yang melaksanakan;
sesuai dengan keadaan khusus dalam usahatani terutama menyangkut tenaga kerja
yang tersedia; sesuai dengan keadaan pasar, baik pasar untuk penjualan hasil
maupun pasar untuk pembelian sarana produksi; serta sesuai dengan norma – norma
sosial, kebijaksanaan dan program pemerintah.
Di Krayan, para tani telah lama
menerapkan usaha tani
terpadu, dan ini telah dijalankan secara turun temurun dan juga diwariskan dari
generasi ke generasi. Pola usaha tani di Krayan selama ini menerapkan integrasi
antara ikan, padi, dan kerbau. Jenis
padi adan yang berumur 6 bulan sangat memungkinkan dilakukannya kombinasi
integrasi
antara
padi yang ditanam di sawah
dengan pemeliharaan ikan di lahan yang sama. Jenis ikan yang biasa dipelihara
di lokasi persawahan adalah ikan nila, mas, sepat, gabus, dan berbagai jenis
ikan air tawar lain yang plasma nutfahnya banyak terdapat di sungai – sungai
Krayan. Jika musim panen telah tiba, maka para petani akan membawa bekal ke
sawah berupa beras, memasak lalu menangkap ikan yang telah dilepas di
persawahan sekian lama dan dijadikan lauk. Pelepasan ikan di sawah yang
bersamaan dengan pemeliharaan padi ini diyakini oleh
masyarakat setempat akan mampu menekan serangan hama padi di pertanaman,
disamping eksudat ikan menjadi pupuk bagi padi di pertanaman.
Jika panen telah usai dilakukan, maka kerbau akan dilepaskan mencari pakan dari sisa panen, baik berupa jerami atau pakan hijauan lain yang banyak tumbuh di sawah atau pematang. Jumlah populasi ternak, khususnya kerbau dan sapi, di Krayan terbilang cukup besar. Data yang dihimpun dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Nunukan Tahun 2008 menunjukkan bahwa populasi sapi dan kerbau mencapai 3.019 ekor. Ini belum termasuk ternak babi dan unggas. Jika asumsi rata – rata sapi/kerbau bisa menghasilkan limbah 15 Kg setiap hari maka dalam sehari limbah organik yang dihasilkan di Krayan adalah 45.285 Kg. Limbah inilah yang digunakan oleh para petani Krayan dalam menunjang kegiatan usahatani padi sawah. Kerbau ditambat di tengah lahan persawahan hingga menunggu musim tanam berikutnya. Ternak kerbau ini akan merumput di lahan persawahan, disamping membuang kotorannya yang berguna sebagai pupuk organik, sistim pertanian organik ini telah berlangsung sejak lama secara turun temurun.
Pola usahatani padi sawah di Krayan hanya sekali dalam
setahun, mengikut musim penghujan. Padi sawah Krayan, yang sering disebut
dengan Padi Adan merupakan potensi lokal spesifik dengan umur semai hingga
panen mencai 6 bulan. Sehingga diluar masa tanam, ternak kerbau dibiarkan
berkeliaran mencari pakan sendiri di alam bebas.
Pada saat musim tanam, areal
persawahan diberi pagar dari bambu atau kawat duri untuk mencegah ternak kerbau
masuk dan memakan padi yang telah ditanam. Pada saat penanaman padi telah
dimulai, khususnya saat dua bulan sebelum bulir padi masak susu, para petani
Krayan biasa menanami pinggir pematang dengan aneka sayuran yang mengeluarkan
bau khas seperti kemangi dan cabe. Tujuannya adalah untuk mengacaukan alat
sensor hama, sehingga menekan intensitas serangan hama terhadap tanaman padi.
Pada beberapa kelompok tani/petani ada yang menanam jagung manis ditepi
pematang, dengan maksud untuk menghalangi laju penyebaran hama terhadap petakan
sawah lainnya. Bila jagung telah berumur 1,5 bulan, petani menanam kacang
panjang didekat batang jagung sehingga setelah jagung dipanen, maka batang
jagung berfungsi sebagai tajar kacang panjang. Dampak kegiatan usahatani yang terpadu
ini sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat Krayan, karena disamping
menekan intensitas serangan hama dan penyakit pada pertanaman, aneka sayuran
ini juga dijual untuk menunjang ekonomi keluarga.