Senin, 04 Februari 2019

USAHATANI TERPADU DI KRAYAN


Menyinggung tentang kegiatan usahatani yang multi komoditas, sesungguhnya bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat tani tradisional (subsisten) sudah lama menjalankan pola usahatani ini guna menunjang kebutuhan hidup keluarga. Baik secara langsung untuk tujuan konsumsi maupun sebagai komoditas barter antar barang/komoditas yang berbeda. Usahatani subsisten meski sifatnya komplementer, namun belum tentu terpadu antara satu jenis komoditas dengan komoditas lainnya. Sehingga pertanian subsisten terkadang lebih tepat bila dikatakan sebagai bertani dengan berbagai macam komoditas.
Usahatani terpadu adalah usahatani yang direncanakan sesuai dengan kondisi wilayah dan keluarga tani yang bersangkutan, dengan mengupayakan hubungan yang saling menunjang dari beberapa komoditas yang diusahakan sehingga dapat dicapai hasil usahatani yang optimal. Oleh karenanya maka usahatani terpadu bercirikan : sesuai dengan keadaan alam yaitu iklim, lahan, jenis tanah dan dapat memelihara sumberdaya alam sebagai dasar produksi pertanian; sesuai dengan tujuan keluarga tani yang melaksanakan; sesuai dengan keadaan khusus dalam usahatani terutama menyangkut tenaga kerja yang tersedia; sesuai dengan keadaan pasar, baik pasar untuk penjualan hasil maupun pasar untuk pembelian sarana produksi; serta sesuai dengan norma – norma sosial, kebijaksanaan dan program pemerintah.
Di Krayan, para tani telah lama menerapkan usaha tani terpadu, dan ini telah dijalankan secara turun temurun dan juga diwariskan dari generasi ke generasi. Pola usaha tani di Krayan selama ini menerapkan integrasi antara ikan,  padi, dan kerbau. Jenis padi adan yang berumur 6 bulan sangat memungkinkan dilakukannya kombinasi integrasi
antara padi yang ditanam di sawah dengan pemeliharaan ikan di lahan yang sama. Jenis ikan yang biasa dipelihara di lokasi persawahan adalah ikan nila, mas, sepat, gabus, dan berbagai jenis ikan air tawar lain yang plasma nutfahnya banyak terdapat di sungai – sungai Krayan. Jika musim panen telah tiba, maka para petani akan membawa bekal ke sawah berupa beras, memasak lalu menangkap ikan yang telah dilepas di persawahan sekian lama dan dijadikan lauk. Pelepasan ikan di sawah yang bersamaan dengan pemeliharaan padi ini diyakini oleh masyarakat setempat akan mampu menekan serangan hama padi di pertanaman, disamping eksudat ikan menjadi pupuk bagi padi di pertanaman.

Jika panen telah usai dilakukan, maka kerbau akan dilepaskan mencari pakan dari sisa panen, baik berupa jerami atau pakan hijauan lain yang banyak tumbuh di sawah atau pematang. Jumlah populasi ternak, khususnya kerbau dan sapi, di Krayan terbilang cukup besar. Data yang dihimpun dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Nunukan Tahun 2008 menunjukkan bahwa populasi sapi dan kerbau mencapai 3.019 ekor. Ini belum termasuk ternak babi dan unggas. Jika asumsi rata – rata sapi/kerbau bisa menghasilkan limbah 15 Kg setiap hari maka dalam sehari limbah organik yang dihasilkan di Krayan adalah 45.285 Kg. Limbah inilah yang digunakan oleh para petani Krayan dalam menunjang kegiatan usahatani padi sawah. Kerbau ditambat di tengah lahan persawahan hingga menunggu musim tanam berikutnya. Ternak kerbau ini akan merumput di lahan persawahan, disamping membuang kotorannya yang berguna sebagai pupuk organik, sistim pertanian organik ini telah berlangsung sejak lama secara turun temurun.
 Pola usahatani padi sawah di Krayan hanya sekali dalam setahun, mengikut musim penghujan. Padi sawah Krayan, yang sering disebut dengan Padi Adan merupakan potensi lokal spesifik dengan umur semai hingga panen mencai 6 bulan. Sehingga diluar masa tanam, ternak kerbau dibiarkan berkeliaran mencari pakan sendiri di alam bebas.
Pada saat musim tanam, areal persawahan diberi pagar dari bambu atau kawat duri untuk mencegah ternak kerbau masuk dan memakan padi yang telah ditanam. Pada saat penanaman padi telah dimulai, khususnya saat dua bulan sebelum bulir padi masak susu, para petani Krayan biasa menanami pinggir pematang dengan aneka sayuran yang mengeluarkan bau khas seperti kemangi dan cabe. Tujuannya adalah untuk mengacaukan alat sensor hama, sehingga menekan intensitas serangan hama terhadap tanaman padi. Pada beberapa kelompok tani/petani ada yang menanam jagung manis ditepi pematang, dengan maksud untuk menghalangi laju penyebaran hama terhadap petakan sawah lainnya. Bila jagung telah berumur 1,5 bulan, petani menanam kacang panjang didekat batang jagung sehingga setelah jagung dipanen, maka batang jagung berfungsi sebagai tajar kacang panjang. Dampak kegiatan usahatani yang terpadu ini sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat Krayan, karena disamping menekan intensitas serangan hama dan penyakit pada pertanaman, aneka sayuran ini juga dijual untuk menunjang ekonomi keluarga.

Minggu, 13 Januari 2019

POLA BUDIDAYA DAN PEMASARAN PADI ADAN


Padi adan putih, hitam dan merah atau dalam bahasa local setempat pade adan buda, item dan sia adalah bibit local hasil budidaya masyarakat sejak dulu di daerah dataran tinggi Borneo (termasuk Sabah, Krayan dan Krayan Selatan). Produk tersebut adalah hasil usahatani unggulan masyarakat tani tradisional Borneo yang bercita rasa dan tekstur yang halus. Pada kenyataannya, pengelolaan usahatani padi Adan di daerah Krayan dipadukan dengan peternakan kerbau, pemeliharaan ikan dipersawahan, dan pemanfaatan air bersih dari gunung untuk irigasi tradisional. Padi Adan merupakan padi kualitas satu yang hanya tumbuh di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan dan tidak dapat dibudidayakan pada daerah lain. Khusus di Kecamatan Krayan Selatan, menejemen usahatani Padi Adan telah dikembangkan sejak tahun 1996 oleh Koperasi Tana Tam Krayan Hulu.
Secara teknis, dalam setahun masyarakat hanya menanam padi ini satu kali. Setelah panen, lahan dibiarkan menjadi tempat kerbau berkubang dan membuang kotoran. Pada bulan Juli sampai Agustus adalah musim tanam, lalu pemanenan dilakukan pada bulan Januari sampai Februari. Hutan yang alami dan belum rusak menjamin bahwa lahan dan air yang mengalir ke persawahan adalah air yang  murni, jernih dan bebas bahan kimia. Mayoritas hutan daerah Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan termasuk kedalam Taman Nasional Krayan Mentarang, taman nasional pertama di Indonesia yang dikelola secara kolaboratif bersama masyarakat adat dengan pemerintah.
Beras Adan sudah dikenal oleh konsumen di tingkat lokal, nasional mupun luar negeri. Nilai permintaan konsumen akan beras organik bermutu tinggi dari Krayan semakin hari semakin meningkat. Hal ini mendorong kelompok petani di Krayan Selatan membentuk Koperasi Serba Usaha Tana Tam Krayan Hulu (KSU – TTKH).
Pembentukan koperasi ini bertujuan untuk menjaga kualitas beras dan keorganikan menyangkut proses persiapan lahan, seleksi bibit, penanaman, pasca panen, penggilingan sampai pengemasan untuk dipasarkan. Upaya ekstra tersebut dilakukan untuk menambah nilai lebih pasar beras adan agar harganya kompetitif dan mendapat kepercayaan konsumen.
Sebelum adanya inisiatif dari koperasi ini, beras adan varietas merah dan hitam kurang ditanam petani sebab hasil panennya lebih rendah dibandingkan varietas padi baru hasil rekayasa laboratorium. Padahal jenis lokal lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dan serangan hama. Namun seiring dengan peningkatan pangsa pasar, maka petani di Krayan sudah mulai menanam kembali varietas lokal ini dalam jumlah banyak. Untuk meningkatkan kualitas padi adan, mulai tahun 2008 budidaya padi ini juga menggunakan pupuk kompos buatan petani sendiri.
Aspek Sosial Pemasaran Padi Adan

Beras Adan sangat dikenal oleh konsumen baik di tingkat lokal, nasional mupun luar negeri. Permintaan konsumen akan beras organik bermutu tinggi dari Krayan semakin hari semakin meningkat. Hal yang jarang sekali diketahui bahwa beras Adan merupakan konsumsi wajib bagi para pejabat dan masyarakat Brunei Darussalam. Bahkan Sultan Brunei seringkali memesan secara khusus komoditas ini untuk konsumsi keluarga kerajaan. Negeri kecil yang terletak di daratan besar Pulau Kalimantan ini lalu menjadi kaya akan beras Krayan, sementara masyarakat Nunukan sendiri yang nota bene pemilik aset tersebut jarang mengkonsumsinya.
Perdagangan beras Adan selama ini ke luar negeri melalui jalur Long Midan, sebuah desa kecil yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak (Malaysia). Dari Long Midan beras Adan dibawa ke Ba’ Kelalan (Malaysia) untuk selanjutnya diintrodusir oleh pedagang pengumpul berbagai kota Serawak, seperti Lawas, Limban dan Miri, hingga akhirnya masuk ke Brunei Darussalam. Meski jalur perdagangan ini sudah berlangsung cukup lama, namun upaya – upaya intensif yang dilakukan oleh pihak Pemda Nunukan maupun Provinsi Kalimantan Timur guna melegalkan perdagangan komoditas antar negara ini belum menunjukkan tanda yang menggembirakan.
Mengingat pangsa pasar yang sedemikian besar, ditambah dengan segmen pasar Eropa dan Asia menghendaki produk organik kualitas premium, maka nampaknya beras/padi Adan menjadi primadona yang dilirik oleh berbagai pelaku pasar. Sinyalemen ini juga yang melatari Malaysia untuk meng-klaim bahwa beras Adan adalah plasma nutfah milik mereka. Namun kesigapan Pemerintah RI dalam menyelelamatkan plasma nutfah Indonesia terwujud dengan terbitnya Sertifikasi Indikasi Geografis Padi Adan yang diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM Dirjen Kekayaan Intelektual pada Tahun 2011.

Sabtu, 04 Agustus 2018

MANFAAT KUNYIT PUTIH BAGI KESEHATAN (OPTIMALISASI PEMANFAATAN TOGA DI PEKARANGAN)



A.   Pendahuluan
Program pemanfaatan pekarangan secara optimal yang digalakkan oleh pemerintah melalui kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis kepada sumber daya lokal ditujukan agar masyarakat secara mendiri dapat memenuhi kebutuhan pangan dan kesehatannya, khususnya terkait keterpenuhan gizi dan kalori yang sedemikian penting dibutuhkan oleh tubuh. Melalui pemanfaatan pekarangan ini, kebutuhan masyarakat akan pangan dapat tercukupi. Disamping itu optimalisasi pekarangan juga dapat membantu masyarakat dari segi ekonomi, karena dapat menjadi penghasilan tambahan. Oleh karena itu maka Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, dan regulasinya ditindaklanjuti masing masing oleh Pemerintah Daerah, menetapkan gerakan pembangunan ekonomi mikro rumah tangga tani sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian.
Optimalisasi pemanfaataan pekarangan, yang tidak hanya dimaksudkan agar dapat membangun warung hidup namun juga apotik hidup, dimaksudkan agar kebutuhan pangan dan kesehatan masyarakat dapat terpenuhi dan tercukupi secara seksama. Dalam hal ini, pemanfaatan beberapa jenis herbal yang berfungsi ganda, sebagai sayuran dan obat, lebih diutamakan untuk dibudidayakan. Salah satu diantaranya kunyit putih (Curcuma mangga Val.) yang khasiatnya telah diketahui oleh masyarakat.   
B.   Habitus Kunyit Putih
Tanaman kunyit putih (Curcuma mangga Val.) merupakan tanaman semak berumur tahunan. Tanaman ini mempunyai tinggi 50 75 cm, bentuk batang semu yang tersusun dari pelepah pelepah daun. Daunnya berwarna hijau, berbentuk seperti mata lembing bulat lonjong di bagian ujung dan pangkalnya. Panjang daun 30 60 cm dengan lebar daun 7,5 -12,5 cm, tangkai daunnya sama panjang dengan panjang daunnya. Permukaan atas dan bawah daun agak licin, tidak berbulu. Tanaman ini mempunyai bunga majemuk berbentuk bulir yang muncul dari bagian ujung batang. Mahkota bunga berwarna kuning muda atau hijau keputihan, panjang 2,5 cm. Kunyit putih memiliki rimpang berbentuk bulat, renyah, dan mudah dipatahkan. Kulitnya dipenuhi akar serabut yang halus hingga menyerupai rambut. Rimpang utamanya keras, apabila dibelah tampak daging buah berwarna kekuning kuningan pada bagian luar dan putih kekuningan pada bagan tengahnya. Rimpang berbau aromatis mirip bau mangga, dan rasanya mirip mangga sehingga disebut temu mangga. Ciri ciri dari tanaman kunyit putih ini memiliki bintik pada umbi mirip umbi jahe dan memiliki warna krem agak kuning muda. Bau kunyit putih dalam keadaan segar hampir mirip seperti mangga kweni.
Rimpang kunyit putih (Curcuma mangga Val.) mengandung minyak atsiri, amilum, tanin, gula dan damar. Komponen yang terdapat dalam rimpang yaitu myrcene (81,4%), β-ocimene (5,1%), β-pinene (3,7%), α-pinene (2,9%), minyak atsiri (0,28%), dan kurkumin (3%). Selain itu rimpang dan daunnya mengandung saponin, flavonoid dan polifenol.
C.   Manfaat Bagi Kesehatan
Tanaman kunyit putih (Curcuma mangga Val.) merupakan salah satu obat tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat. Rimpangnya digunakan untuk mengurangi rasa nyeri saat haid, penambah nafsu makan, penurun panas tubuh, penyempitan peranakan, mengobati masuk angin, dan gatal gatal, dapat memperkecil rahim, menyempikan vagina, mengeringkan luka operasi kanker payudara, mengobati maag, peradangan sebagai akibat gangguan wasir, radang tenggorokan, diare, lemah syahwat, penangkal racun, dan mampu menghambat pertumbuhan kanker.
Khasiat kunyit putih untuk mencegah penyebaran sel kanker, fungsi kunyit putih dapat dimaksimalkan untuk pencegahan penyakit kanker. Zat anti oksidan pada kunyit putih berfungsi mencegah kerusakan asam deoksiribo nukleat (ADN) yang merupakan salah satu senyawa yang menyusun gen. hasil kajian menunjukkan bahwa kunyit putih (Curcuma mangga) mengandung protein toksis. Sejenis ribosome in activating protein (RIP). Protein ini mampu menonaktifkan rhibosom, sehingga sintesa protein dalam sel terganggu. Protein toksis lebih mudah melakukan penetrasi ke dalam sel kanker dari pada sel sehat. Akibatnya sel kanker tidak dapat berkembang biak, karena sel kanker memiliki batas umur, maka lama kelamaan akan habis dengan sendirinya.
-----------------
Penulis : Asbudi Salam, SP. MAP. (PPL Ahli Madya)
Koordinator Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nunukan

Selasa, 19 Desember 2017

PENYAKIT PENTING PADA SEMANGKA
Tanaman semangka (Citrullus vulgaris Scard) adalah tanaman yang berasal dari Benua Afrika tepatnya di gurun pasir Kala Hari. Penyebarannya ke India, China dan Amerika dilakukan oleh pelayar dan pedagang. Buah semangka memiliki daya tarik tersendiri karena buahnya yang segar dan manis. Kandungan airnya mencapai 92 persen, karbohidrat 7 persen dan sisanya adalah vitamin. Semangka termasuk tanaman musim kering namun tehnologi yang makin berkembang menjadikan semangka dapat ditanam setiap saat. Agar dapat tumbuh dengan baik dan cepat, tanaman semangka membutuhkan iklim yang kering, panas dan tersedia cukup air. Iklim yang basah akan menyebabkan pertumbuhannya terhambat, mudah terserang penyakit serta produksi dan kualitas buahnya akan menurun. Perkembangan tehnologi budidaya semangka didaerah sub tropika lebih maju dibandingkan daerah asalnya (tropika). Berbagai jenis baru, sebagai hasil hibridisasi yang diploid (semangka berbiji) maupun yang triploid (semangka tak berbiji) telah banyak dikembangkan dengan kualitas buah dan hasil jauh lebih baik dibandingkan dengan semangka tropis (varietas asalnya). Namun seiring dengan pembudidayaannya yang semakin berkembang, berbagai penyakit juga mengiringi pertumbuhannya. Tiga jenis penyakit penting pada semangka diketengahkan sebagai berikut :
1. Busuk Buah (Antraknose)
Antraknose pada tanaman semangka disebabkan oleh jamur Colletotrichum orbiculare (Syn C. legenarium (Pass.) Ellis dan Halst.). Patogen ini hidup pada sisa tanaman terinfeksi atau pada inang sementara dan terikut dalam benih yang buahnya terserang. Oleh karena itu pada produksi untuk pembenihan, seleksi buah harus dilakukan untuk menghindari terikutnya buah yang terserang penyakit tersebut. Penyebaran spora jamur ini di bantu oleh angin, hujan dan aktivitas pekerja. Untuk perkecambahan dan pertumbuhan spora memerlukan suhu optimum 22 hingga 27 derajad celcius dan kelembaban 100 persen selama 24 jam. Masuknya jamur ke inang dengan cara membentuk infection peg, semacam kaki yang bisa mencengkeram pada bidang permukaan yang terinfeksi. Serangan terjadi sekitar 72 jam setelah spora membentuk infection peg dan selanjutnya gejala terlihat 96 jam setelah infeksi, pada saat sel sudah dipenuhi mycelium jamur tersebut. Pengendalian penyakit (pathogen) dengan membeli benih yang bersertifikasi/ berlabel agar terhindar dari pembawa penyakit (inokulum), menimbun sisa atau bekas tanaman yang sudah terserang dan sebaiknya lokasi penimbunan jauh dari pertanaman yang bisa diguna kan sebagai inang sementara seperti cabe.
Pengendalian kimia menggunakan fungisida perlindungan (protektan) dan pembasmian (eradikan) yang berbahan aktif copper hydroxide, penyemprotan dilakukan segera apabila terjadi perubahan kondisi cuaca dan diulang tiap minggu tergantung perkembangan penyakitnya dan jangan menggunakan larutan semprot (air) yang keasamannya kurang dari 6.5, sebab akan meng akibatkan phytotoxic. Bahan aktif lain adalah Benomyl yang diaplikasikan saat gejala pertama muncul dan diulang tiap selang 7 hari. Untuk penggunaan bahan aktif ini tidak boleh dicampur dengan benzimidazole atau methyl thiophanate. 
2. Cacar Daun (Cercospora leaf spot)
Penyakit ini menyerang daun pada hampir semua tanaman famili cucurbitaceae di daerah tropis dan subtropis. Secara khusus gejala penyakit ini ditemukan di daun, tetapi bisa juga ada di tangkai daun dan batang bila lingkungan mendukung perkembangan sporanya. Cercospora tidak menimbulkan kerusakan pada buah, tetapi akan menyebabkan terjadinya kerusakan atau defoliasi pada daun dan akhirnya mengurangi ukuran dan kualitas buah.
Gejala penyakit ini pertama kali muncul di daun muda dengan membentuk bintik (spot) yang melingkar tidak beraturan, dengan bagian tengah berwarna coklat terang. Gejala serangan ini terlihat jelas pada daun bagian atas. Cercospora leaf spot disebabkan oleh jenis Cercospora citrullina Coke, penyebarannya banyak dibantu oleh angin. Suhu optimal untuk mempercepat perkembangannya adalah 26 hingga 32 derajad celsius dan infeksi akan terjadi setiap 7 hingga 10 hari. Pengendalian dilakukan dengan sanitasi lingkungan untuk mengurangi sumber penyebaran penyakit (inokulum), pergiliran tanaman dan pengendalian kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif Chlorothalonil yang diaplikasikan sejak daun terbentuk sempurna atau jika kondisi lingkungan mendukung untuk perkembangan penyakit dan diulang tiap 7 hari. Fungisida yang lain yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif Maneb.
3. Busuk Buah Basah (Bacterial Fruit Blotch)
Penyakit ini sangat signifikan mengurangi hasil panen, meski untuk famili cucurbitaceae lainnya relatif tahan. Gejala serangan penyakit ini yaitu terdapatnya busuk basah dengan ukuran kecil, diameter kurang dari 1 cm, dan kemudian berkembang dengan cepat menutupi permukaan buah selama 7 hingga 10 hari. Penyakit busuk buah basah disebabkan oleh Pseudomonas pseudo alcaligenes stainer subspesies citrulli schaad et al. Penyebaran bibit penyakit ini biasa lewat benih baik secara internal maupun external kontaminasi dan dapat juga terjadi pada lapisan benih. Kondisi yang mendukung perkembangan patogen ini adalah kelembaban yang tinggi dan suhu sekitar 26 derajad celcius.

Pengendalaian penyakit ini tergantung apakah benihnya terkontaminasi atau tidak, rotasi tanaman dan pengolahan tanah yang baik dapat mengurangi meningkatnya serangan penyakit. Pengendalian secara kimia mulai dilaksanakan saat awal pembentukan buah dengan fungisida yang berbahan aktif copper hydorxide.

Sabtu, 14 Januari 2017

KAHAT NITROGEN PADA TANAMAN KEDELAI
Pendahuluan
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor internal, seperti gen; namun juga dipengaruhi faktor ekternal, seperti ketersediaan unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Unsur hara esensial adalah unsur – unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk menjamin pertumbuhannya. Jika unsur tersebut tidak tercukupi (kahat/devisiensi), maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan dan pertumbuhannya akan terganggu. Berdasarkan jumlah yang diperlukan, dikenal adanya unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar (0,5 hingga 3 persen berta tubuh tanaman). Sedangkan unsur hara mikro diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit (beberapa part per million dari berat tubuhnya). Diantara jenis unsur hara makro yang dibutuhkan, nitrogen merupakan unsur esensial yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman khususnya kedelai.
Unsur nitrogen (N) dibutuhkan untuk menunjukkan pembentukan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar. Berperan penting dalam pembentukan hijau daun, dan berguna dalam proses fotosintesis. Membentuk protein, lemak, serta persenyawaan organik, dan meningkatkan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Nitrogen diperoleh dari aktivitas halilintar di angkasa yang menghasilkan zat Nitrat (NO3-) kemudian dibawa air hujan turun ke bumi dan diserap kedalam tanah. Nitrogen juga berasal dari pelapukan dari bahan organik, mikroba, bakteri, dan reaksi dari pupuk sintetik (urea, ZA, dan lain – lain).
Kahat Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan komponen utama penyusun protein, khlorofil, enzim, hormon, dan vitamin. Nitrogen diserap dalam bentuk ion NO3- dan NH4+, kemudian membentuk material kompleks seperti asam – asam amino dan asam – asam nukleat yang merupakan unsur yang sangat mobile (mudah ditranslokasikan) dalam tanaman. Pada pH tanah rendah, ion Nitrat lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan ion Amonium; pada pH tanah yang tinggi ion Amonium lebih cepat diserap dari pada ion Nitrat; dan pada pH tanah yang netral penyerapan keduanya oleh tanaman berlangsung seimbang.
Gejala kekahatan Nitrogen pada tanaman muda adalah daun berwarna hijau pucat, dan pada kondisi divisiensi yang berat daun berwarna kuning pucat, batangnya lemah, dan memanjang. Sedangkan pada tanaman yang tua, daun – daun bagian bawah menunjukkan gejala paling parah yang akhirnya gugur. Secara umum divisiensi N menyebabkan tanaman kerdil, batangnya berwarna kemerahan, polong menjadi terhambat perkembangannya, daun mengecil dan berdinding tebal sehingga daun menjadi kasar/keras dan berserat.
Kekurangan N umumnya terjadi pada tanah bertekstur pasir, tanah – tanah masam (pH rendah) sehingga aktivitas mikroorganisme tanah terganggu. Tanaman kedelai mampu memfiksasi nitrogen setara 46 kilogram N per hektar. Secara umum, sekitar 50 persen dari nitrogen yang dibutuhkan tanaman berasal dari penambatan oleh rhizobium. Lahan yang pernah ditanami kedelai umumnya memiliki populasi rhizobium alami yang tinggi. Tanah dengan kandungan N total kurang dari 0,1 persen nitrogen perlu dipupuk N dosis sekitar 23 sampai 35 kilogram nitrogen per hektar, terutama disaat tanaman masih muda. Pada fase pembentukan polong kandungan N sebesar 4,01 sampai 5,30 persen pada daun muda yang sudah terbuka sempurna dianggap cukup.  
-----------------------
Oleh : Asbudi Salam, SP. MAP.

PPL Ahli Madya Kabupaten Nunukan
PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT (Phakospora pachyrhizi)
PADA TANAMAN KEDELAI
Pendahuluan
Musim penghujan telah tiba dan telah berlangsung sejak Nopember 2016, bahkan hingga Januari 2017 ini belum menunjukkan tanda – tanda akan berakhir. Para klimatologis menyatakan bahwa intensitas curah hujan di beberapa daerah di Indonesia, disebabkan oleh anomali iklim yang terjadi di Samudera Fasifik hingga ke Laut China Selatan. Bagi sebagian orang, khususnya para petani, datangnya musim hujan yang teratur merupakan berkah tersendiri; namun bagi sebagian lainnya boleh menjadi bencana, sebab implikasi penghujan akan diiringi oleh tingginya kelembaban dan memicu timbulnya serangan penyakit. Diantara penyakit berbahaya yang menyerang tanaman adalah karat daun (Phakospora pachyrizi) yang menyerang tanaman kedelai.
Penyakit karat kedelai tersebar luas di Asia Tenggara dan Asia Timur, juga terdapat di Australia dan Afrika. Di Benua Amerika, penyakit ini terdapat di Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropik. Karena keberadaannya yang sangat merugikan bagi komoditas kedelai, maka penyakit ini mendapatkan perhatian serius dari Badan Pertanian dan Pangan Internasional (Food and Agricultural Organization) Perserikatan Bangsa Bangsa.
Gejala Serangan
Gejala penyakit karat kedelai nampak pada daun, tangkai, dan kadang – kadang di bagian batang. Awalnya terjadi bercak – bercak kecil coklat atau coklat tua. Bercak – bercak karat nampak sebelum bisul – bisul (pustule) pecah. Bercak terlihat bersudut – sudut karena dibatasi oleh tulang daun di dekat terjadinya infeksi. Setelah tanaman mulai berbunga maka bercak menjadi lebih besar, kadang – kadang bersatu, berwarna coklat tua atau hitam.
Daun pertama berupa bercak – bercak berisi uredia (badan buah yang memproduksi spora) yang berkembang ke daun – daun di atasnya dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah daun berwarna coklat kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak umumnya bersudut banyak berukuran sampai 1 mm, bercak juga terlihat pada bagian batang dan tangkai daun. Penyakit ini disebabkan oleh jamur karat Phakospora pachyrizi, dulunya dinamakan Uromyches phaseoli.
Siklus Penyakit dan Epidemologi
Epidemi didorong oleh panjangnya waktu daun dalam kondisi basah, dengan suhu/ temperatur kurang dari 280 C. Perkecambahan spora dan penetrasinya membutuhkan air bebas dan terjadi pada suhu 8 sampai 280 C. Uredia muncul 9 hingga 10 hari setelah infeksi, dan urediniospora diproduksi setelah 3 minggu. Kondisi lembab yang panjang dan periode dingin dibutuhkan untuk menginfeksi daun – daun dan sporulasi. Penyebaran urediniospora dibantu oleh hembusan angin pada waktu hujan, patogen ini tidak ditularkan melalui benih.
Pengendalian
Menanam varietas tahan antara lain petek, mojosari, Nomor 29, Nomor 986, Orba, Galunggung, Guntur, dan Lokon. Demikian juga menanam kedelai secara serentak di awal musim kemarau atau awal musim penghujan dengan curah hujan maksimum 50 mm per 10 hari. Rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak dapat menjadi inang P. pachyrizi  bahkan menjauhkan kedelai dari tanaman inang P. pachyrizi. Langkah pengendalian juga dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida mankozeb, triadimefon, betertanol, difenokonazol.
Khusus untuk pemakaian insektisida, dianjurkan agar petani berkonsultasi terlebih dahulu dengan PPL setempat. Untuk menghindari pemakaian yang berlebihan, dan merusak lingkungan dan kesehatan pengguna (petani). Sangat dianjurkan untuk lebih mendahulukan penggunaan insektisida nabati, dan dianjurkan pemakaiannya berselang – seling dengan aplikasi insektisida sintetik.
-----------------------
Oleh : Asbudi Salam, SP. MAP.

PPL Madya Kabupaten Nunukan 
HAMA LALAT BIBIT KACANG (Ophiomya phaseoli)
PADA TANAMAN KEDELAI
Pendahuluan
Kacang kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang menjadi unggulan di era Pemerintahan Presiden RI Bapak Joko Widodo. Melalui program Pajale (padi, jagung, dan kedelai), pemerintah berupa meningkatkan produksi tiga komoditas pangan tersebut, agar tidak selamanya bergantung pada ekspor. Oleh karena itu berbagai upaya dilaksanakan oleh Pemerintah, mulai dari tingkat kebijakan hingga implementasi di lapangan, demi sukses terselenggaranya program nasional ini. Salah satunya adalah pengendalian hama penyakit yang menyerang komoditas kacang kedelai.
Hama merupakan salah satu faktor pembatas dalam produksi usahatani. Serangan hama tidak hanya menurunkan produksi dan produktivitas, namun juga mengurangi income pendapatan petani. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan petani untuk mengendalikan serangan hama pada tanamannya, termasuk serangan hama lalat bibit kacang (Ophiomya phaseoli) pada kacang kedelai.
Bioekologi
Lalat bibit kacang menyerang sejak tanaman muda muncul ke permukaan tanah hingga tanaman berumur 10 hari. Lalat betina meletakkan telur pada tanaman muda yang baru tumbuh. Telur diletakkan di dalam lubang tusukan antara epidermis atas dan bawah keping biji, atau disisipkan ke dalam jaringan mesofil dekat pangkal keping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua.
Telur berwarna putih seperti mutiara, berbentuk lonjong berukuran 0.31 mm dan lebar 0.15 mm. Selang dua hari telur akan menetas, dan keluar dari larva. Larva masuk ke dalam keping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua, kemudian membuat lubang gerekan. Selanjutnya larva menggerek batang melalui kulit batang hingga pangkal batang, dan berubah bentuk menjadi kepompong. Apabila pertumbuhannya maksimal, panjang larva dapat mencapai 3.75 mm. Kepompong awalnya berwarna kuning kemudian berubah jadi kecoklat – coklatan.
Ciri serangan ordo Diptera ini ditandai oleh adanya bintik – bintik putih pada keping biji, daun pertama atau kedua. Bintik – bintik tersebut merupakan bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) dari lalat betina. Selain kedelai, lalat kacang juga menyerang kacang ijo, kacang merah, kacang uci, kacang tunggak, kacang hiris, orok – orok, dan jenis sayuran kacang – kacangan lainnya.

Pengendalian
Beberapa bentuk pengendalian yang dapat digunakan guna menekan investasi hama ini di pertanaman kacang kedelai adalah : menenam kedelai secara serentak dalam luas areal, pemakaian mulsa jerami sebagai penutup tanah dapat nenekan serangan hama lalat bibit lebih dari 50%, perlakuan benih pada daerah – daerah khusus endemik serangan hama lalat bibit kacang dengan insektisida fipronil dan carbosulfan, aplikasi insektisida yang berbahan aktif carbofuran (misalnya : Marshal 25 ST), dekametrin dan permetrin. Pada saat tanaman berumur 7 – 9 hari dan apabila populasi hama mencapai ambang kendali (1 imago per 50 rumpun kacang). Khusus untuk pemakaian insektisida, agar petani berkonsultasi terlebih dahulu dengan PPL wilayah binaan setempat. Ini dimaksudkan untuk menghindari pemakaian yang berlebihan, dan merusak lingkungan dan kesehatan pengguna (petani). Sangat dianjurkan untuk lebih mendahulukan penggunaan insektisida nabati, dan dianjurkan agar pemakaiannya berselang – seling dengan aplikasi insektisida sintetik.
------------------------
Oleh : Asbudi Salam, SP. MAP.
PPL Ahli Madya Kabupaten Nunukan