PENYAKIT PENTING PADA SEMANGKA
Tanaman semangka
(Citrullus vulgaris Scard) adalah
tanaman yang berasal dari Benua Afrika tepatnya di gurun pasir Kala Hari.
Penyebarannya ke India ,
China
dan Amerika dilakukan oleh pelayar dan pedagang. Buah semangka memiliki daya
tarik tersendiri karena buahnya yang segar dan manis. Kandungan airnya mencapai
92 persen, karbohidrat 7 persen dan sisanya adalah vitamin. Semangka termasuk
tanaman musim kering namun tehnologi yang makin berkembang menjadikan semangka dapat ditanam setiap saat.
Agar dapat tumbuh dengan baik dan cepat, tanaman semangka membutuhkan iklim
yang kering, panas dan tersedia cukup air. Iklim yang basah akan menyebabkan
pertumbuhannya terhambat, mudah terserang penyakit serta produksi dan kualitas
buahnya akan menurun. Perkembangan tehnologi
budidaya semangka didaerah sub tropika lebih maju dibandingkan daerah asalnya (tropika).
Berbagai jenis baru, sebagai hasil hibridisasi yang diploid (semangka berbiji)
maupun yang triploid (semangka tak berbiji) telah banyak dikembangkan dengan
kualitas buah dan hasil jauh lebih baik dibandingkan dengan semangka tropis (varietas
asalnya). Namun seiring dengan pembudidayaannya yang semakin berkembang,
berbagai penyakit juga mengiringi pertumbuhannya. Tiga jenis penyakit penting pada
semangka diketengahkan sebagai berikut :
1. Busuk Buah (Antraknose)
Antraknose pada tanaman semangka disebabkan
oleh jamur Colletotrichum orbiculare (Syn C. legenarium (Pass.) Ellis dan Halst.). Patogen ini hidup
pada sisa tanaman terinfeksi atau pada inang sementara dan terikut dalam benih
yang buahnya terserang. Oleh karena itu pada produksi untuk pembenihan, seleksi
buah harus dilakukan untuk menghindari terikutnya buah yang terserang penyakit
tersebut. Penyebaran spora jamur ini di bantu oleh angin, hujan dan aktivitas
pekerja. Untuk perkecambahan dan pertumbuhan spora memerlukan suhu optimum 22
hingga 27 derajad celcius dan kelembaban 100 persen selama 24 jam. Masuknya
jamur ke inang dengan cara membentuk infection
peg, semacam kaki yang bisa mencengkeram pada bidang permukaan yang terinfeksi.
Serangan terjadi sekitar 72 jam setelah spora membentuk infection peg dan selanjutnya gejala terlihat 96 jam setelah
infeksi, pada saat sel sudah dipenuhi mycelium
jamur tersebut. Pengendalian penyakit (pathogen) dengan membeli benih yang
bersertifikasi/ berlabel agar terhindar dari pembawa penyakit (inokulum),
menimbun sisa atau bekas tanaman yang sudah terserang dan sebaiknya lokasi
penimbunan jauh dari pertanaman yang bisa diguna kan sebagai inang sementara
seperti cabe.
Pengendalian kimia menggunakan fungisida perlindungan
(protektan) dan pembasmian (eradikan) yang berbahan aktif copper hydroxide, penyemprotan dilakukan segera apabila terjadi
perubahan kondisi cuaca dan diulang tiap minggu tergantung perkembangan
penyakitnya dan jangan menggunakan larutan semprot (air) yang keasamannya
kurang dari 6.5, sebab akan meng akibatkan phytotoxic.
Bahan aktif lain adalah
Benomyl yang diaplikasikan saat gejala pertama muncul dan diulang tiap selang 7
hari. Untuk penggunaan bahan aktif ini tidak boleh dicampur dengan benzimidazole atau methyl thiophanate.
2. Cacar Daun (Cercospora leaf spot)
Penyakit ini
menyerang daun pada hampir semua tanaman famili cucurbitaceae di daerah
tropis dan subtropis. Secara khusus gejala penyakit ini ditemukan di daun,
tetapi bisa juga ada di tangkai daun dan batang bila lingkungan mendukung perkembangan
sporanya. Cercospora tidak menimbulkan kerusakan pada buah, tetapi akan
menyebabkan terjadinya kerusakan atau defoliasi pada daun dan akhirnya
mengurangi ukuran dan kualitas buah.
Gejala penyakit
ini pertama kali muncul di daun muda dengan membentuk bintik (spot) yang
melingkar tidak beraturan, dengan bagian tengah berwarna coklat terang. Gejala
serangan ini terlihat jelas pada daun bagian atas. Cercospora leaf spot
disebabkan oleh jenis Cercospora citrullina Coke, penyebarannya banyak
dibantu oleh angin. Suhu optimal untuk mempercepat perkembangannya adalah 26
hingga 32 derajad celsius dan infeksi akan terjadi setiap 7 hingga 10 hari. Pengendalian
dilakukan dengan sanitasi lingkungan untuk mengurangi sumber penyebaran
penyakit (inokulum), pergiliran tanaman dan pengendalian kimia dengan menggunakan
fungisida berbahan aktif Chlorothalonil
yang diaplikasikan sejak daun terbentuk sempurna atau jika kondisi lingkungan
mendukung untuk perkembangan penyakit dan diulang tiap 7 hari. Fungisida yang
lain yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif Maneb.
3. Busuk Buah Basah (Bacterial Fruit Blotch)
Penyakit ini
sangat signifikan mengurangi hasil panen, meski untuk famili cucurbitaceae
lainnya relatif tahan. Gejala serangan penyakit ini yaitu terdapatnya busuk
basah dengan ukuran kecil, diameter kurang dari 1 cm, dan kemudian berkembang
dengan cepat menutupi permukaan buah selama 7 hingga 10 hari. Penyakit busuk
buah basah disebabkan oleh Pseudomonas
pseudo alcaligenes stainer subspesies citrulli schaad et al. Penyebaran
bibit penyakit ini biasa lewat benih baik secara internal maupun external
kontaminasi dan dapat juga terjadi pada lapisan benih. Kondisi yang mendukung
perkembangan patogen ini adalah kelembaban yang tinggi dan suhu sekitar 26
derajad celcius.
Pengendalaian
penyakit ini tergantung apakah benihnya terkontaminasi atau tidak, rotasi
tanaman dan pengolahan tanah yang baik dapat mengurangi meningkatnya serangan
penyakit. Pengendalian secara kimia mulai dilaksanakan saat awal pembentukan
buah dengan fungisida yang berbahan aktif copper
hydorxide.