Selasa, 19 Desember 2017

PENYAKIT PENTING PADA SEMANGKA
Tanaman semangka (Citrullus vulgaris Scard) adalah tanaman yang berasal dari Benua Afrika tepatnya di gurun pasir Kala Hari. Penyebarannya ke India, China dan Amerika dilakukan oleh pelayar dan pedagang. Buah semangka memiliki daya tarik tersendiri karena buahnya yang segar dan manis. Kandungan airnya mencapai 92 persen, karbohidrat 7 persen dan sisanya adalah vitamin. Semangka termasuk tanaman musim kering namun tehnologi yang makin berkembang menjadikan semangka dapat ditanam setiap saat. Agar dapat tumbuh dengan baik dan cepat, tanaman semangka membutuhkan iklim yang kering, panas dan tersedia cukup air. Iklim yang basah akan menyebabkan pertumbuhannya terhambat, mudah terserang penyakit serta produksi dan kualitas buahnya akan menurun. Perkembangan tehnologi budidaya semangka didaerah sub tropika lebih maju dibandingkan daerah asalnya (tropika). Berbagai jenis baru, sebagai hasil hibridisasi yang diploid (semangka berbiji) maupun yang triploid (semangka tak berbiji) telah banyak dikembangkan dengan kualitas buah dan hasil jauh lebih baik dibandingkan dengan semangka tropis (varietas asalnya). Namun seiring dengan pembudidayaannya yang semakin berkembang, berbagai penyakit juga mengiringi pertumbuhannya. Tiga jenis penyakit penting pada semangka diketengahkan sebagai berikut :
1. Busuk Buah (Antraknose)
Antraknose pada tanaman semangka disebabkan oleh jamur Colletotrichum orbiculare (Syn C. legenarium (Pass.) Ellis dan Halst.). Patogen ini hidup pada sisa tanaman terinfeksi atau pada inang sementara dan terikut dalam benih yang buahnya terserang. Oleh karena itu pada produksi untuk pembenihan, seleksi buah harus dilakukan untuk menghindari terikutnya buah yang terserang penyakit tersebut. Penyebaran spora jamur ini di bantu oleh angin, hujan dan aktivitas pekerja. Untuk perkecambahan dan pertumbuhan spora memerlukan suhu optimum 22 hingga 27 derajad celcius dan kelembaban 100 persen selama 24 jam. Masuknya jamur ke inang dengan cara membentuk infection peg, semacam kaki yang bisa mencengkeram pada bidang permukaan yang terinfeksi. Serangan terjadi sekitar 72 jam setelah spora membentuk infection peg dan selanjutnya gejala terlihat 96 jam setelah infeksi, pada saat sel sudah dipenuhi mycelium jamur tersebut. Pengendalian penyakit (pathogen) dengan membeli benih yang bersertifikasi/ berlabel agar terhindar dari pembawa penyakit (inokulum), menimbun sisa atau bekas tanaman yang sudah terserang dan sebaiknya lokasi penimbunan jauh dari pertanaman yang bisa diguna kan sebagai inang sementara seperti cabe.
Pengendalian kimia menggunakan fungisida perlindungan (protektan) dan pembasmian (eradikan) yang berbahan aktif copper hydroxide, penyemprotan dilakukan segera apabila terjadi perubahan kondisi cuaca dan diulang tiap minggu tergantung perkembangan penyakitnya dan jangan menggunakan larutan semprot (air) yang keasamannya kurang dari 6.5, sebab akan meng akibatkan phytotoxic. Bahan aktif lain adalah Benomyl yang diaplikasikan saat gejala pertama muncul dan diulang tiap selang 7 hari. Untuk penggunaan bahan aktif ini tidak boleh dicampur dengan benzimidazole atau methyl thiophanate. 
2. Cacar Daun (Cercospora leaf spot)
Penyakit ini menyerang daun pada hampir semua tanaman famili cucurbitaceae di daerah tropis dan subtropis. Secara khusus gejala penyakit ini ditemukan di daun, tetapi bisa juga ada di tangkai daun dan batang bila lingkungan mendukung perkembangan sporanya. Cercospora tidak menimbulkan kerusakan pada buah, tetapi akan menyebabkan terjadinya kerusakan atau defoliasi pada daun dan akhirnya mengurangi ukuran dan kualitas buah.
Gejala penyakit ini pertama kali muncul di daun muda dengan membentuk bintik (spot) yang melingkar tidak beraturan, dengan bagian tengah berwarna coklat terang. Gejala serangan ini terlihat jelas pada daun bagian atas. Cercospora leaf spot disebabkan oleh jenis Cercospora citrullina Coke, penyebarannya banyak dibantu oleh angin. Suhu optimal untuk mempercepat perkembangannya adalah 26 hingga 32 derajad celsius dan infeksi akan terjadi setiap 7 hingga 10 hari. Pengendalian dilakukan dengan sanitasi lingkungan untuk mengurangi sumber penyebaran penyakit (inokulum), pergiliran tanaman dan pengendalian kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif Chlorothalonil yang diaplikasikan sejak daun terbentuk sempurna atau jika kondisi lingkungan mendukung untuk perkembangan penyakit dan diulang tiap 7 hari. Fungisida yang lain yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif Maneb.
3. Busuk Buah Basah (Bacterial Fruit Blotch)
Penyakit ini sangat signifikan mengurangi hasil panen, meski untuk famili cucurbitaceae lainnya relatif tahan. Gejala serangan penyakit ini yaitu terdapatnya busuk basah dengan ukuran kecil, diameter kurang dari 1 cm, dan kemudian berkembang dengan cepat menutupi permukaan buah selama 7 hingga 10 hari. Penyakit busuk buah basah disebabkan oleh Pseudomonas pseudo alcaligenes stainer subspesies citrulli schaad et al. Penyebaran bibit penyakit ini biasa lewat benih baik secara internal maupun external kontaminasi dan dapat juga terjadi pada lapisan benih. Kondisi yang mendukung perkembangan patogen ini adalah kelembaban yang tinggi dan suhu sekitar 26 derajad celcius.

Pengendalaian penyakit ini tergantung apakah benihnya terkontaminasi atau tidak, rotasi tanaman dan pengolahan tanah yang baik dapat mengurangi meningkatnya serangan penyakit. Pengendalian secara kimia mulai dilaksanakan saat awal pembentukan buah dengan fungisida yang berbahan aktif copper hydorxide.