Sabtu, 09 Oktober 2010

POTENSI GARAM GUNUNG DI KRAYAN

Pepatah lama yang menyatakan “asam di gunung garam di laut” sepertinya tidak berlaku di Kecamatan Krayan. Wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia ini memiliki kekayaan alam yang melimpah. Bukan saja dengan padi adan-nya yang terkenal di manca negara, pola usahataninya yang berbasis organic, atau kultur social masyarakatnya yang merupakan paduan dinamis antara tradisi Dayak Lundayeh dan etika ke-Kristen-an, namun juga memiliki kekayaan alam yang bermutu tinggi yaitu garam gunung. Jenis garam yang diproduksi dari air sumur garam yang diakui kualitasnya oleh Malaysia, dan dijadikan sebagai salah satu rujukan pengobatan tradisional di beberapa depot herbal di negeri jiran tersebut.
Pada umumnya, desa – desa di Krayan memiliki sumur garam meski tidak setenar di WKPP Long Midan. Hal ini mudah dipahami mengingat Long Midan adalah lokasi yang ber batasan langsung dengan Ba’ kelalan (Malaysia), sehingga merupakan jalur pemasaran beberapa komoditas produk Krayan ke Malaysia, tidak terkecuali dengan garam gunung ini. Di Long Midan, dalam waktu 2 minggu warga penghasil garam ini mampu memproduksi sebanyak 200 kilo garam gunung, dengan keuntungan mencapai Rp 5 juta. Garam ini, pemasarannya sebagian besar ke Malaysia dan Brunei, dengan harga sekitar Rp 27 ribu per kilogram.
Berdasarkan cerita babad yang beredar di Krayan, asal mula ditemukannya sumur garam tersebut ketika nenek moyang suku Lundayeh berburu di hutan. Tupai berhasil disumpit dan jatuh ke air, saat akan direbus untuk kemudian di makan ternyata rasanya sangat asin. Usut punya usut akhirnya mereka mencari tahu di lokasi tupai itu jatuh. Dari lokasi jatuhnya tupai tadi ditemukan titik air, yang sekarang direnovasi menjadi sumur garam, yang ternyata mengandung kadar garam beryodium tinggi.
Proses untuk mendapatkan garam gunung dengan kualitas tinggi, membutuhkan keuletan, kesabaran dan kehati – hatian. Prosesnya dimulai dari mengambil air garam di sumur, kemudian dituang pada tungku pemasak awal, kemudian ditransfer ke tungku kedua, dan tungku ketiga merupakan proses salinan terkakhir yang menentukan kualitas garam gunung. Cara menuangkan, dari awal hingga filter akhir tidak boleh ada hentakan keras, sebab dapat merusak kadar garam yang dihasilkan. Hasil akhirnya akan diperoleh garam gunung yang lebih putih, lembut dan rasa asinnya dan berbeda dari garam laut.
Keyakinan masyarakat setempat terhadap manfaat garam gunung ini adalah mampu mengobati penyakit gondok, memperkuat gigi dan gusi, mengobati berbagai macam penyakit kulit. Meski belum ada peneliti yang melakukan riset di Krayan mengenai garam ini, namun masyarakat telah membuktikan khasiat garam gunung ini secara turun temurun. Berdasarkan sumber lain, disebutkan bahwa garam gunung juga mampu menetralisir bahaya racun, mencegah menjalarnya luka atau borok. Bahkan menurut pakar dan pelopor ilmu kedokteran, Ibnu Sina, garam berfungsi untuk menetralisir racun akibat sengatan kalajengking dan binantang berbisa lainnya.
Dalam literatur pengobatan Islami (thibbun nabawi) disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan beberapa cara dalam menerapi dirinya dengan memadukan antara garam dan ruqyah syar’iyyah, antara lain dengan mengusap luka dengan air garam seraya membaca do’a. Metode lainnya adalah dengan mengguyur luka atau bagian tubuh yang sakit dengan air yang telah bercampur garam seraya membaca do’a. Metode yang terakhir yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah merendam bagian yang luka dalam larutan air garam dan membaca do’a.
Sumber lain menyebutkan manfaat garam darat yakni menyeimbangkan tekanan darah, meningkatkan kandungan oksigen dalam tubuh, melancarkan arteri darah kita, melarutkan endapan kalsium dalam darah, menyelaraskan kelancaran sistem syaraf, membantu regenarasi sel sel tubuh, menghilangkan radikal bebas dalam tubuh, membantu pergerakan otot – otot usus, menyeimbangkan mineral dan mensinergikan sistem metabolisme tubuh agar lebih sempurna, menyelesaikan masalah kesehatan yang berasal dari ketidakseimbangan mineral, membantu penyerapan vitamin agar lebih sempurna, menyeimbangkan faktor ph, dapat membantu dalam penyembuhan penyakit kulit, dapat mengurangi ketagihan narkoba dan rokok, serta menambah kekuatan daya seksualitas. Terlepas dari berbagai manfaat garam darat yang diketahui oleh masyarakat Krayan, air garamnya bisa langsung di minum bahkan warga setempat biasa mandi dengan air garam gunung ini.
Pemerintah Kabupaten Nunukan melalui Dinas Perindustrian, Koperasi dan UKM sejak tahun 2006 telah memberikan perhatian pada produk garam ini, berupa pelatihan penanganan pasca produksi. Hanya saja bahwa hingga saat ini pemerintah belum menetapkan hak paten atas produk garam gunung ini, sementara disisi lain Malaysia sedang gencar – gencarnya mengakui bahwa garam gunung tersebut adalah produk warga Ba’ kelalan (Malaysia). Oleh karena itu untuk menjaga kelestarian plasma nutfah garam gunung, yang sekaligus produk budaya suku Dayak Lundaye ini, maka proteksi terhadap kegiatan tradisional pembuatan garam gunung ala Krayan ini perlu segera dilakukan. Kegiatan ini perlu dimasukkan dalam catalog inventarisasi budaya asli Indonesia guna melindungi produk budaya tersebut dengan cara menetapkan hak paten-nya.