PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT (Phakospora pachyrhizi)
PADA TANAMAN KEDELAI
Pendahuluan
Musim
penghujan telah tiba dan telah berlangsung sejak Nopember 2016, bahkan hingga
Januari 2017 ini belum menunjukkan tanda – tanda akan berakhir. Para
klimatologis menyatakan bahwa intensitas curah hujan di beberapa daerah di
Indonesia, disebabkan oleh anomali iklim yang terjadi di Samudera Fasifik
hingga ke Laut China Selatan. Bagi sebagian orang, khususnya para petani,
datangnya musim hujan yang teratur merupakan berkah tersendiri; namun bagi
sebagian lainnya boleh menjadi bencana, sebab implikasi penghujan akan diiringi
oleh tingginya kelembaban dan memicu timbulnya serangan penyakit. Diantara
penyakit berbahaya yang menyerang tanaman adalah karat daun (Phakospora pachyrizi) yang menyerang
tanaman kedelai.
Penyakit
karat kedelai tersebar luas di Asia Tenggara dan Asia Timur, juga terdapat di
Australia dan Afrika. Di Benua Amerika, penyakit ini terdapat di Amerika Tengah
dan Amerika Selatan yang beriklim tropik. Karena keberadaannya yang sangat
merugikan bagi komoditas kedelai, maka penyakit ini mendapatkan perhatian
serius dari Badan Pertanian dan Pangan Internasional (Food and Agricultural Organization) Perserikatan Bangsa Bangsa.
Gejala
Serangan
Gejala
penyakit karat kedelai nampak pada daun, tangkai, dan kadang – kadang di bagian
batang. Awalnya terjadi bercak – bercak kecil coklat atau coklat tua. Bercak –
bercak karat nampak sebelum bisul – bisul (pustule)
pecah. Bercak terlihat bersudut – sudut karena dibatasi oleh tulang daun di
dekat terjadinya infeksi. Setelah tanaman mulai berbunga maka bercak menjadi
lebih besar, kadang – kadang bersatu, berwarna coklat tua atau hitam.
Daun
pertama berupa bercak – bercak berisi uredia (badan buah yang memproduksi
spora) yang berkembang ke daun – daun di atasnya dengan bertambahnya umur
tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah daun berwarna coklat
kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak umumnya bersudut banyak berukuran
sampai 1 mm, bercak juga terlihat pada bagian batang dan tangkai daun. Penyakit
ini disebabkan oleh jamur karat Phakospora
pachyrizi, dulunya dinamakan Uromyches
phaseoli.
Siklus
Penyakit dan Epidemologi
Epidemi
didorong oleh panjangnya waktu daun dalam kondisi basah, dengan suhu/ temperatur
kurang dari 280 C. Perkecambahan spora dan penetrasinya membutuhkan
air bebas dan terjadi pada suhu 8 sampai 280 C. Uredia muncul 9
hingga 10 hari setelah infeksi, dan urediniospora diproduksi setelah 3 minggu.
Kondisi lembab yang panjang dan periode dingin dibutuhkan untuk menginfeksi
daun – daun dan sporulasi. Penyebaran urediniospora dibantu oleh hembusan angin
pada waktu hujan, patogen ini tidak ditularkan melalui benih.
Pengendalian
Menanam
varietas tahan antara lain petek, mojosari, Nomor 29, Nomor 986, Orba,
Galunggung, Guntur, dan Lokon. Demikian juga menanam kedelai secara serentak di
awal musim kemarau atau awal musim penghujan dengan curah hujan maksimum 50 mm
per 10 hari. Rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak dapat menjadi inang P. pachyrizi bahkan menjauhkan kedelai dari tanaman inang P. pachyrizi. Langkah pengendalian juga
dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida mankozeb, triadimefon, betertanol,
difenokonazol.
Khusus
untuk pemakaian insektisida, dianjurkan agar petani berkonsultasi terlebih
dahulu dengan PPL setempat. Untuk menghindari pemakaian yang berlebihan, dan
merusak lingkungan dan kesehatan pengguna (petani). Sangat dianjurkan untuk
lebih mendahulukan penggunaan insektisida nabati, dan dianjurkan pemakaiannya
berselang – seling dengan aplikasi insektisida sintetik.
-----------------------
Oleh
: Asbudi Salam, SP. MAP.
PPL Madya
Kabupaten Nunukan