Sabtu, 14 Januari 2017

PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT (Phakospora pachyrhizi)
PADA TANAMAN KEDELAI
Pendahuluan
Musim penghujan telah tiba dan telah berlangsung sejak Nopember 2016, bahkan hingga Januari 2017 ini belum menunjukkan tanda – tanda akan berakhir. Para klimatologis menyatakan bahwa intensitas curah hujan di beberapa daerah di Indonesia, disebabkan oleh anomali iklim yang terjadi di Samudera Fasifik hingga ke Laut China Selatan. Bagi sebagian orang, khususnya para petani, datangnya musim hujan yang teratur merupakan berkah tersendiri; namun bagi sebagian lainnya boleh menjadi bencana, sebab implikasi penghujan akan diiringi oleh tingginya kelembaban dan memicu timbulnya serangan penyakit. Diantara penyakit berbahaya yang menyerang tanaman adalah karat daun (Phakospora pachyrizi) yang menyerang tanaman kedelai.
Penyakit karat kedelai tersebar luas di Asia Tenggara dan Asia Timur, juga terdapat di Australia dan Afrika. Di Benua Amerika, penyakit ini terdapat di Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropik. Karena keberadaannya yang sangat merugikan bagi komoditas kedelai, maka penyakit ini mendapatkan perhatian serius dari Badan Pertanian dan Pangan Internasional (Food and Agricultural Organization) Perserikatan Bangsa Bangsa.
Gejala Serangan
Gejala penyakit karat kedelai nampak pada daun, tangkai, dan kadang – kadang di bagian batang. Awalnya terjadi bercak – bercak kecil coklat atau coklat tua. Bercak – bercak karat nampak sebelum bisul – bisul (pustule) pecah. Bercak terlihat bersudut – sudut karena dibatasi oleh tulang daun di dekat terjadinya infeksi. Setelah tanaman mulai berbunga maka bercak menjadi lebih besar, kadang – kadang bersatu, berwarna coklat tua atau hitam.
Daun pertama berupa bercak – bercak berisi uredia (badan buah yang memproduksi spora) yang berkembang ke daun – daun di atasnya dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah daun berwarna coklat kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak umumnya bersudut banyak berukuran sampai 1 mm, bercak juga terlihat pada bagian batang dan tangkai daun. Penyakit ini disebabkan oleh jamur karat Phakospora pachyrizi, dulunya dinamakan Uromyches phaseoli.
Siklus Penyakit dan Epidemologi
Epidemi didorong oleh panjangnya waktu daun dalam kondisi basah, dengan suhu/ temperatur kurang dari 280 C. Perkecambahan spora dan penetrasinya membutuhkan air bebas dan terjadi pada suhu 8 sampai 280 C. Uredia muncul 9 hingga 10 hari setelah infeksi, dan urediniospora diproduksi setelah 3 minggu. Kondisi lembab yang panjang dan periode dingin dibutuhkan untuk menginfeksi daun – daun dan sporulasi. Penyebaran urediniospora dibantu oleh hembusan angin pada waktu hujan, patogen ini tidak ditularkan melalui benih.
Pengendalian
Menanam varietas tahan antara lain petek, mojosari, Nomor 29, Nomor 986, Orba, Galunggung, Guntur, dan Lokon. Demikian juga menanam kedelai secara serentak di awal musim kemarau atau awal musim penghujan dengan curah hujan maksimum 50 mm per 10 hari. Rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak dapat menjadi inang P. pachyrizi  bahkan menjauhkan kedelai dari tanaman inang P. pachyrizi. Langkah pengendalian juga dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida mankozeb, triadimefon, betertanol, difenokonazol.
Khusus untuk pemakaian insektisida, dianjurkan agar petani berkonsultasi terlebih dahulu dengan PPL setempat. Untuk menghindari pemakaian yang berlebihan, dan merusak lingkungan dan kesehatan pengguna (petani). Sangat dianjurkan untuk lebih mendahulukan penggunaan insektisida nabati, dan dianjurkan pemakaiannya berselang – seling dengan aplikasi insektisida sintetik.
-----------------------
Oleh : Asbudi Salam, SP. MAP.

PPL Madya Kabupaten Nunukan