Minggu, 12 Juni 2011

PA’ REMAYO, AIR TERJUN BERTERAS DI KAYAN MENTARANG

Kecamatan Krayan merupakan wilayah paling utara di Provinsi Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sabah (Malaysia). Kecamatan ini merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Nunukan, dengan luas wilayah 183.754 Km2 dimana mayoritas penduduk bermatapencarian sebagai petani padi sawah. Disamping sistem budaya (sociocultural) yang masih melekat erat di tengah masyarakat Suku Dayak Lundayeh, merupakan paduan dinamis antara budaya adat Dayak dan etika Kristen, menjadi daya tarik tersendiri bagi Krayan.
Mayoritas masyarakat Krayan adalah suku dayak etnis Lundaye, yang tersebar dalam empat wilayah adat, yaitu Krayan Hilir, Krayan Darat, Krayan Hulu dan Krayan Tengah. Kehidupan warga nya relative tradisional. Selain berladang/bercocok tanam, mereka juga berburu dan mengumpulkan hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari – hari. Kehidupan ekonomi masyarakat tergolong sederhana, meski kebutuhan pangan seperti beras cukup tersedia. Beberapa produk budaya seperti tarian, cara bertani, tempayan, dan aneka jenis perabotan masih menampakkan warna budaya suku dayak Lundaye. Daerah ini memiliki daya tarik tersendiri mengingat potensi alamnya yang khas, yang dicirikan dengan sistem pertaniannya yang organik dan bertumpu kepada sumberdaya alam. Hal ini masih ditambah lagi dengan kehadiran Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang, yang menampung keanekaragaman hayati dari berbagai spesies flora dan fauna khas Kalimantan.
Taman Nasional Kayan Mentarang yang luasnya 1.360.500 hektar, adalah satu kesatuan kawasan hutan primer dan hutan sekunder tua yang terbesar dan masih tersisa di daerah Kalimantan dan di wilayah Asia Tenggara. Taman nasional ini memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa bernilai tinggi baik jenis langka maupun dilindungi, keanekaragaman tipe ekosistem dari hutan hujan dataran rendah sampai hutan berlumut di pegunungan tinggi. Keanekaragaman hayati yang terkandung di Taman Nasional Kayan Mentarang diantaranya pulai (Alstonia scholaris), jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), Agathis (Agathis borneensis), kayu ulin (Eusidero xylon zwageri), rengas (Gluta wallichii), gaharu (Aquilaria malacensis), aren (Arenga pinnata), juga berbagai jenis anggrek, palem, dan kantong semar. Selain itu, ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dapat diidentifikasi karena merupakan jenis tumbuhan baru di Indonesia.
Selain aneka jenis flora – fauna, di areal Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) juga ada berbagai obyek wisata alam, diantaranya air terjun bertingkat Pa’ Remayo di daerah Krayan Hilir. Pa’ Remayo adalah salah satu obyek wisata yang sangat indah dalam kawasan TNKM, sebab tidak saja mengandung keanekaragaman flora, diantaranya anggrek hitam (Coelogyne pandurata), pakis, rotan, kayu agathis dan aneka jenis tumbuhan obat seperti pasak bumi dan tumbuhan penawar racun yang oleh masyarakat setempat disebut temawar, tetapi juga berbagai spesies burung dan mamalia khas Kalimantan, seperti monyet, babi hutan, landak, rusa, dan lebah madu hutan sehingga daerah ini sangat sesuai dijadikan obyek wisata ekologi (ecotourism) atau wana wisata (hutan wisata). Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh dari ketinggian. Beberapa air terjun yang terbentuk di lingkungan pegunungan dimana erosi kerap terjadi.
Sebagai daerah yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Krayan memiliki potensi alam yang berprospek cerah pada segala bidang. Potensi inilah yang nantinya dimanfaatkan sebagai kunci alternatif strategi perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Salah satunya yaitu untuk dikembangkan sebagai obyek penunjang pariwisata regional. Dunia pariwisata menjadi sangat penting karena merupakan salah satu komoditas unggulan daerah dalam menunjang pergerakan perekonomian di tingkat bawah, baik skala daerah maupun nasional. Selain mampu memberi income langsung kepada pemda setempat, sektor pariwisata secara langsung/tak langsung memberi imbas pada pergerakan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di sekitar kawasan obyek wisata. Saat ini pola kepariwisataan domestik mulai banyak melirik pada obyek wisata yang menawarkan khasanah keindahan alam yang jauh dari kebisingan kota dan berkesan natural namun tetap menunjukan nilai nilai pelestarian ekologis. Dalam hal ini air terjun Pa’ Remayo memiliki potensi tersebut. Oleh karena itu, kepariwisataan alam kemudian berkembang munuju pola wisata ekologis yang sering disebut sebagai ecotourism dan wisata minat khusus atau special interest tourism. Kedua pola wisata ini dinilai menjamin tetap terpeliharanya keberadaan obyek dan daya tarik wisata alam pada khususnya.
Terlebih lagi dengan hadirnya anggrek hitam dalam kawasan tersebut sebagai spesies yang dilindungi dari kepunahan. Maka salah satu tujuan program alternatif dalam mengembangkan pola wisata ekologis (ecotourism) adalah kegiatan perlindungan anggrek alam sebagai organisme yang terancam punah dan habitat anggrek hitam. Hadirnya Pa’ Remayo sebagai ecotourism disini lebih menitikberatkan pada solusi untuk program regenerasi dan rehabilitasi anggrek alam dalam upaya mendukung konservasi anggrek secara langsung.
Disamping itu guna menjaga keberlangsungan populasi anggrek hitam, yang merupakan kebanggaan Kalimantan ini, maka masyarakat lokal harus dilibatkan. Pengembangan keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi anggrek ini akan menjadi kelompok yang mandiri dalam pengelolaan pelestarian anggrek diwilayahnya. Anggrek alam ini nantinya dikembangkan melalui proses budidaya untuk menjadi komoditas unggulan dalam paket wisata ekologis.
Saat ini air terjun Pa’ Remayo selain dimanfaatkan oleh masyarakat Krayan sebagai tujuan wisata di hari libur, juga dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Hampir setiap hari libur masyarakat Krayan, maupun luar Krayan, datang melepas lelah dan ketegangan setelah sekian hari bekerja. Potensi yang dimiliki oleh air terjun ini sedemikian besar peluangnya untuk memberikan keuntungan ekonomi dan social – budaya bagi masyarakat Krayan.