Sabtu, 14 Januari 2017

KAHAT NITROGEN PADA TANAMAN KEDELAI
Pendahuluan
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor internal, seperti gen; namun juga dipengaruhi faktor ekternal, seperti ketersediaan unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Unsur hara esensial adalah unsur – unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk menjamin pertumbuhannya. Jika unsur tersebut tidak tercukupi (kahat/devisiensi), maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan dan pertumbuhannya akan terganggu. Berdasarkan jumlah yang diperlukan, dikenal adanya unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar (0,5 hingga 3 persen berta tubuh tanaman). Sedangkan unsur hara mikro diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit (beberapa part per million dari berat tubuhnya). Diantara jenis unsur hara makro yang dibutuhkan, nitrogen merupakan unsur esensial yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman khususnya kedelai.
Unsur nitrogen (N) dibutuhkan untuk menunjukkan pembentukan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar. Berperan penting dalam pembentukan hijau daun, dan berguna dalam proses fotosintesis. Membentuk protein, lemak, serta persenyawaan organik, dan meningkatkan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Nitrogen diperoleh dari aktivitas halilintar di angkasa yang menghasilkan zat Nitrat (NO3-) kemudian dibawa air hujan turun ke bumi dan diserap kedalam tanah. Nitrogen juga berasal dari pelapukan dari bahan organik, mikroba, bakteri, dan reaksi dari pupuk sintetik (urea, ZA, dan lain – lain).
Kahat Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan komponen utama penyusun protein, khlorofil, enzim, hormon, dan vitamin. Nitrogen diserap dalam bentuk ion NO3- dan NH4+, kemudian membentuk material kompleks seperti asam – asam amino dan asam – asam nukleat yang merupakan unsur yang sangat mobile (mudah ditranslokasikan) dalam tanaman. Pada pH tanah rendah, ion Nitrat lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan ion Amonium; pada pH tanah yang tinggi ion Amonium lebih cepat diserap dari pada ion Nitrat; dan pada pH tanah yang netral penyerapan keduanya oleh tanaman berlangsung seimbang.
Gejala kekahatan Nitrogen pada tanaman muda adalah daun berwarna hijau pucat, dan pada kondisi divisiensi yang berat daun berwarna kuning pucat, batangnya lemah, dan memanjang. Sedangkan pada tanaman yang tua, daun – daun bagian bawah menunjukkan gejala paling parah yang akhirnya gugur. Secara umum divisiensi N menyebabkan tanaman kerdil, batangnya berwarna kemerahan, polong menjadi terhambat perkembangannya, daun mengecil dan berdinding tebal sehingga daun menjadi kasar/keras dan berserat.
Kekurangan N umumnya terjadi pada tanah bertekstur pasir, tanah – tanah masam (pH rendah) sehingga aktivitas mikroorganisme tanah terganggu. Tanaman kedelai mampu memfiksasi nitrogen setara 46 kilogram N per hektar. Secara umum, sekitar 50 persen dari nitrogen yang dibutuhkan tanaman berasal dari penambatan oleh rhizobium. Lahan yang pernah ditanami kedelai umumnya memiliki populasi rhizobium alami yang tinggi. Tanah dengan kandungan N total kurang dari 0,1 persen nitrogen perlu dipupuk N dosis sekitar 23 sampai 35 kilogram nitrogen per hektar, terutama disaat tanaman masih muda. Pada fase pembentukan polong kandungan N sebesar 4,01 sampai 5,30 persen pada daun muda yang sudah terbuka sempurna dianggap cukup.  
-----------------------
Oleh : Asbudi Salam, SP. MAP.

PPL Ahli Madya Kabupaten Nunukan
PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT (Phakospora pachyrhizi)
PADA TANAMAN KEDELAI
Pendahuluan
Musim penghujan telah tiba dan telah berlangsung sejak Nopember 2016, bahkan hingga Januari 2017 ini belum menunjukkan tanda – tanda akan berakhir. Para klimatologis menyatakan bahwa intensitas curah hujan di beberapa daerah di Indonesia, disebabkan oleh anomali iklim yang terjadi di Samudera Fasifik hingga ke Laut China Selatan. Bagi sebagian orang, khususnya para petani, datangnya musim hujan yang teratur merupakan berkah tersendiri; namun bagi sebagian lainnya boleh menjadi bencana, sebab implikasi penghujan akan diiringi oleh tingginya kelembaban dan memicu timbulnya serangan penyakit. Diantara penyakit berbahaya yang menyerang tanaman adalah karat daun (Phakospora pachyrizi) yang menyerang tanaman kedelai.
Penyakit karat kedelai tersebar luas di Asia Tenggara dan Asia Timur, juga terdapat di Australia dan Afrika. Di Benua Amerika, penyakit ini terdapat di Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropik. Karena keberadaannya yang sangat merugikan bagi komoditas kedelai, maka penyakit ini mendapatkan perhatian serius dari Badan Pertanian dan Pangan Internasional (Food and Agricultural Organization) Perserikatan Bangsa Bangsa.
Gejala Serangan
Gejala penyakit karat kedelai nampak pada daun, tangkai, dan kadang – kadang di bagian batang. Awalnya terjadi bercak – bercak kecil coklat atau coklat tua. Bercak – bercak karat nampak sebelum bisul – bisul (pustule) pecah. Bercak terlihat bersudut – sudut karena dibatasi oleh tulang daun di dekat terjadinya infeksi. Setelah tanaman mulai berbunga maka bercak menjadi lebih besar, kadang – kadang bersatu, berwarna coklat tua atau hitam.
Daun pertama berupa bercak – bercak berisi uredia (badan buah yang memproduksi spora) yang berkembang ke daun – daun di atasnya dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah daun berwarna coklat kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak umumnya bersudut banyak berukuran sampai 1 mm, bercak juga terlihat pada bagian batang dan tangkai daun. Penyakit ini disebabkan oleh jamur karat Phakospora pachyrizi, dulunya dinamakan Uromyches phaseoli.
Siklus Penyakit dan Epidemologi
Epidemi didorong oleh panjangnya waktu daun dalam kondisi basah, dengan suhu/ temperatur kurang dari 280 C. Perkecambahan spora dan penetrasinya membutuhkan air bebas dan terjadi pada suhu 8 sampai 280 C. Uredia muncul 9 hingga 10 hari setelah infeksi, dan urediniospora diproduksi setelah 3 minggu. Kondisi lembab yang panjang dan periode dingin dibutuhkan untuk menginfeksi daun – daun dan sporulasi. Penyebaran urediniospora dibantu oleh hembusan angin pada waktu hujan, patogen ini tidak ditularkan melalui benih.
Pengendalian
Menanam varietas tahan antara lain petek, mojosari, Nomor 29, Nomor 986, Orba, Galunggung, Guntur, dan Lokon. Demikian juga menanam kedelai secara serentak di awal musim kemarau atau awal musim penghujan dengan curah hujan maksimum 50 mm per 10 hari. Rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak dapat menjadi inang P. pachyrizi  bahkan menjauhkan kedelai dari tanaman inang P. pachyrizi. Langkah pengendalian juga dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida mankozeb, triadimefon, betertanol, difenokonazol.
Khusus untuk pemakaian insektisida, dianjurkan agar petani berkonsultasi terlebih dahulu dengan PPL setempat. Untuk menghindari pemakaian yang berlebihan, dan merusak lingkungan dan kesehatan pengguna (petani). Sangat dianjurkan untuk lebih mendahulukan penggunaan insektisida nabati, dan dianjurkan pemakaiannya berselang – seling dengan aplikasi insektisida sintetik.
-----------------------
Oleh : Asbudi Salam, SP. MAP.

PPL Madya Kabupaten Nunukan 
HAMA LALAT BIBIT KACANG (Ophiomya phaseoli)
PADA TANAMAN KEDELAI
Pendahuluan
Kacang kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang menjadi unggulan di era Pemerintahan Presiden RI Bapak Joko Widodo. Melalui program Pajale (padi, jagung, dan kedelai), pemerintah berupa meningkatkan produksi tiga komoditas pangan tersebut, agar tidak selamanya bergantung pada ekspor. Oleh karena itu berbagai upaya dilaksanakan oleh Pemerintah, mulai dari tingkat kebijakan hingga implementasi di lapangan, demi sukses terselenggaranya program nasional ini. Salah satunya adalah pengendalian hama penyakit yang menyerang komoditas kacang kedelai.
Hama merupakan salah satu faktor pembatas dalam produksi usahatani. Serangan hama tidak hanya menurunkan produksi dan produktivitas, namun juga mengurangi income pendapatan petani. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan petani untuk mengendalikan serangan hama pada tanamannya, termasuk serangan hama lalat bibit kacang (Ophiomya phaseoli) pada kacang kedelai.
Bioekologi
Lalat bibit kacang menyerang sejak tanaman muda muncul ke permukaan tanah hingga tanaman berumur 10 hari. Lalat betina meletakkan telur pada tanaman muda yang baru tumbuh. Telur diletakkan di dalam lubang tusukan antara epidermis atas dan bawah keping biji, atau disisipkan ke dalam jaringan mesofil dekat pangkal keping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua.
Telur berwarna putih seperti mutiara, berbentuk lonjong berukuran 0.31 mm dan lebar 0.15 mm. Selang dua hari telur akan menetas, dan keluar dari larva. Larva masuk ke dalam keping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua, kemudian membuat lubang gerekan. Selanjutnya larva menggerek batang melalui kulit batang hingga pangkal batang, dan berubah bentuk menjadi kepompong. Apabila pertumbuhannya maksimal, panjang larva dapat mencapai 3.75 mm. Kepompong awalnya berwarna kuning kemudian berubah jadi kecoklat – coklatan.
Ciri serangan ordo Diptera ini ditandai oleh adanya bintik – bintik putih pada keping biji, daun pertama atau kedua. Bintik – bintik tersebut merupakan bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) dari lalat betina. Selain kedelai, lalat kacang juga menyerang kacang ijo, kacang merah, kacang uci, kacang tunggak, kacang hiris, orok – orok, dan jenis sayuran kacang – kacangan lainnya.

Pengendalian
Beberapa bentuk pengendalian yang dapat digunakan guna menekan investasi hama ini di pertanaman kacang kedelai adalah : menenam kedelai secara serentak dalam luas areal, pemakaian mulsa jerami sebagai penutup tanah dapat nenekan serangan hama lalat bibit lebih dari 50%, perlakuan benih pada daerah – daerah khusus endemik serangan hama lalat bibit kacang dengan insektisida fipronil dan carbosulfan, aplikasi insektisida yang berbahan aktif carbofuran (misalnya : Marshal 25 ST), dekametrin dan permetrin. Pada saat tanaman berumur 7 – 9 hari dan apabila populasi hama mencapai ambang kendali (1 imago per 50 rumpun kacang). Khusus untuk pemakaian insektisida, agar petani berkonsultasi terlebih dahulu dengan PPL wilayah binaan setempat. Ini dimaksudkan untuk menghindari pemakaian yang berlebihan, dan merusak lingkungan dan kesehatan pengguna (petani). Sangat dianjurkan untuk lebih mendahulukan penggunaan insektisida nabati, dan dianjurkan agar pemakaiannya berselang – seling dengan aplikasi insektisida sintetik.
------------------------
Oleh : Asbudi Salam, SP. MAP.
PPL Ahli Madya Kabupaten Nunukan         






Jumat, 13 Januari 2017

PASAK BUMI : HERBAL DARI HUTAN KRAYAN
Bagi pria, masalah kejantanan adalah masalah urgen yang tidak dapat di tawar – tawar. Penyakit editansil (ejakulasi dini tanpa hasil) adalah salah satu penyakit kejantanan yang menakutkan bagi kaum Adam. Bagi seorang pria, memiliki harta yang berlimpah dan istri yang cantik belum menjadi sempurna tanpa kejantanan. Bahkan sebagian masyarakat menganggap bahwa ukuran keperkasaan seorang pria sangat ditentukan oleh kemampuan dirinya dalam memberikan kepuasan kepada pasangannya. Sehingga tidak mengherankan jika besarnya biaya yang dikeluarkan tidak menjadi masalah, asalkan keperkasaannya tetap terjaga dan prima. Berbagai olah kebugaran hingga penggunaan herbal digunakan bagi pria agar tetap tampil perkasa dan jantan.
Pasak bumi salah satu tanaman asli dari Pulau Kalimantan dipercaya memiliki daya/ kemampuan mengembalikan vitalitas dan keperkasaan pria. Kedudukannya setara dengan tanaman sanrego dari Pulau Sulawesi, atau ramuan Madura dari Pulau Jawa. Tanaman ini dijual baik dalam bentuk serbuk maupun akar. Pasak bumi mengandung ekstrak ethanolic yang berperan menambah jumlah hormon testosteron pada pria, juga mengandung brusin dan strichin yang berkhasiat menambah vitalitas karena bersifat afrodisiak. Tanaman yang mengandung afrodisiak sebagai turunan alkaloid, saponin, tanin, dan lain sebagainya yang berperan dalam melancarkan sirkulasi darah, dan ini bermplikasi pada peningkatan sirkulasi darah di daerah kelamin pria.
Selain untuk kejantanan, pasak bumi juga efektif dalam mengobati penyakit malaria dan kanker. Akar pasak bumi yang mengandung erikuimanon diduga dapat menyembuhkan penyakit malaria. Demikian juga senyawa kuasinoid  yang berperan dalam melemahkan plasmodium falcifarum (bakteri penyebab malaria). Sedangkan senyawa kuasinoid-nya dan alkaloid yang dikandungnya mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Quasinoid juga diduga merupakan senyawa yang mampu mengendalikan virus HIV.
Di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, pasak bumi digunakan tidak hanya untuk vitalitas dan kejantanan tetapi juga untuk mengobati berbagai penyakit lainnya. Kecamatan yang berbatasan darat dengan Malaysia ini memanfaatkan bagian – bagian tanaman pasak bumi untuk mengobati beberapa penyakit, diantaranya :
a.    Daun mudanya digunakan sebagai obat sakit perut.
b.    Kulit akarnya digunakan sebagai obat demam, penyembuh luka gusi, gangguan cacing, dan sebagai tonikum pasca melahirkan.
c.    Kulit batangnya dimanfaatkan sebagai koagulan pasca melahirkan, juga dapat digunakan sebagai obat nyeri tulang. Sedangkan bunga dan buahnya dipakai sebagai pengobatan penyakit disentri.
Dalam artikel sederhana ini, Penulis akan menjelaskan teknik memanfaatkan Pasak Bumi sebagai obat keperkasaan pria, mengingat penyakit sedemikian penting dan paling di cari teknik penyembuhannya. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk mengolah bahan tanaman ini menjadi herbal vitalitas, pilih salah satu cara yang menurut anda mudah.
Cara pertama   rebus akar pasak bumi ke dalam 200 ml air dengan api sedang hingga mendidih dan suru hingga 150 ml (dari dua gelas sedang menjadi 1½ gelas). Kemudian minum hasil rebusan hangat – hangat sekali sehari, akan lebih baik jika ditambahkan madu murni mengingat rasanya yang pahit.
Cara kedua      rendam akar pasak bumi ke dalam air panas selama 1 jam, minum pada saat hangat – hangat.
Cara ketiga       ekstrak akar pasak bumi menjadi serbuk, dan masukkan serbuk ke dalam segelas kopi hangat. Jika ekstrak yang dibuat cukup banyak, maka untuk takarannya setiap segelas kopi adalah 1 sendok teh serbuk pasak bumi.
Meskipun pengobatan ini adalah herbal, namun harus tetap berhati – hati akan efek samping yang ditimbulkannya. Pada beberapa kasus, pemakaian pasak bumi yang berlebih dapat menyebabkan tekanan darah menjadi turun dan susah tidur. Oleh karena itu harus tetap berhati – hati dalam penggunaan, dan semoga artikel ini bermanfaat buat anda.
---------------------
Oleh : Asbudi Salam, SP. MAP.
         PPL Ahli Madya Kabupaten Nunukan







      

Kamis, 12 Januari 2017

BERTANAM PETAI  (Parkia speciosaDI LAHAN TERLANTAR

A.     Mengenal Petai
1.                               Aspek Budidaya
Setiap kita pasti mengenal petai, tanaman yang dikeal karena baunya yang khas, namun sering dicari untuk dijadikan lalapan atau teman makan sambel. Di Kota Nunukan, buah petai termasuk jenis sayuran yang cukup mahal harganya. Di pasar lokal/tradisional biasa dijual dengan harga Rp. 10 ribu per empat tangkai. Tanaman ini tidak dibudidayakan secara khusus namun umumnya di tanam di pinggiran rumah, sebagai batas kebun, atau pohon pelindung.
 Tinggi pohon petai umumnya 5 hingga 25 meter. Pohon petai termasuk pohon berkayu dengan bentuk tajuk yang sangat terbuka, buahnya berbetuk panjang berisi 10 hingga 18 biji petai. Tanaman petai tumbuh subur pada lahan dengan ketinggian 10 hingga 800 meter dari permukaan laut. Tanaman ini dibudidayakan secara monokultur dan tumpang sari dengan kacang tanah atau lada.
Biasanya petai ditanam dari biji yang dibibitkan. Menanam bibit ini dengan cara menggunakan okulasi. Selanjutnya adalah penyiapan lahan, yaitu lahan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan digemburkan. Jika keasaman lahan tidak seimbang maka dilakukan pengapuran. Pemberian pupuk dasar dapat dilakukan pada persiapan lahan, khususnya jika lubang tanam telah disiapkan sebelumnya. Ukuran lubang tanam 40 x 40 x 40 cm. Pemberian pupuk kandang setebal 10 cm di lubang tanam.
Penanaman dapat dilakukan jika bibit sudah mencapai usia minimal 6 bulan, dilakukan di awal musim penghujan. Pilihlah bibit yang sudah memiliki daun yang sudah tua. Lakukan dengan hati – hati pada saat mengambil bibit dari polybag, jangan sampai tanah yang melekat pada akar menjadi pecah. Padatkan tanah timbunan dan hindari menimbun bekas okulasi kerena dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur pada batang pohon. Selanjutnya menyiram tanah agar merapatkan pori – pori tanah.
Pada dasarnya tanaman petai tidak butuh perawatan khusus. Cukup dengan menjaga dan merawat kebun dari gulma dan pengairannya cukup hingga tanaman ini dapat tumbuh dengan baik. Pupuk yang baik digunakan adalah pupuk kandang, yang diberikan setelah tanaman ini sudah berumur 4 bulan. Pemberian pupuk dengan cara membuat lubang disekitar akar kemudian meletakkan pupuk didalam lubang tersebut lalu menimbun kembali lubang tersebut dengan tanah.
Kandungan Kimiawi
Ada beberapa zat yang bermanfaat yang terkandung di dalam buah petai yang berkhasiat dan berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Diantaranya adalah gula alami, zat besi, kalium, fosfor, vitamin A, vitamin B6, dan vitamin C.  Pete mengandung 3 jenis gula alami yaiut sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat. Petai atau pete mengandung vitamin C yang cukup tinggi, yaitu 46 mg per 100 g biji. Selain itu, kandungan vitamin A adalah 200 iu per 100 g.  Petai juga mengandung beberapa senyawa kimia lainnya seperti Cyclic polsulphida dan thiozoline-4-carbocyclic (TCA). Dibanding buah apel, petai memiliki kandungan protein empat kali lebih banyak, karbohidrat dua kali lebih banyak, tiga kali lipat fosfor, lima kali lipat vitamin A dan zat besi, dan dua kali lipat jumlah vitamin dan mineral lainnya.
B.     Budidaya Di Lahan Terlantar

Lahan potensial adalah sebidang lahan yang dapat memberikan produk secara optimal per tahun per satuan luas. Umumnya lahan potensial dikaitkan dengan sektor pertanian sehingga lahan ini memiliki kemampuan untuk lahan produksi. Lahan terlantar atau biasa juga disebut dengan lahan terbiar, adalah lahan potensial namun tidak dipakai atau dimanfaatkan secara optimal. Akibatnya yang tumbuh adalah ilalang atau gulma, yang pada akhirnya merusak kondisitensi lahan. Berdasarkan kemiringannya beberapa jenis lahan terlantar dapat dikategorikan

 Penghijauan dalam arti luas adalah segala daya untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik pengatur tata air ataupun pelindung lingkungan. Dalam hal ini, penghijauan lahan terlantar/lahan tidur yang diistilahkan reboisasi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi tanaman berkayu, seperti petai.   
Pada proses fotosintesa tumbuhan hijau mengabsorbsi CO2 dan mengeluarkan C6H1206 dan O2 yang dibutuhkan makhluk hidup. Menghijauakan kembali lahan tidur/ lahan terlantar dilakukan dengan penanaman petai, mengingat peranan tumbuhan petai sangat diperlukan untuk menjaring CO2 dan melepas O2 kembali ke udara. Di samping itu berbagai proses metabolisme tumbuhan petai dapat memberikan berbagai fungsi untuk kebutuhan makhluk hidup dan meningkatkan kualitas lingkungan. Menanam petai akan memberikan banyak keuntungan, termasuk keuntungan ekonomi bagi petani.
Jika setiap rumah tangga tani di pedesaan maupun di pinggiran kota menanam petai, berarti kita telah memiliki penahan dan penyaring partikel padat dari udara. Fungsi ini dilakukan oleh tajuk pohon petai melalui proses jerapan dan serapan, sehingga partikel padat di udara berkurang. Partikel padat akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, sebagian partikel yang lain akan terserap masuk ke dalam ruang stomata daun.  Manfaat lain dari tajuk tanaman adalah menjadikan udara lebih bersih dan sehat karena daun melakukan proses fotosintesis. Dengan demikian fungsi ini akan tercapai apabila tajuk daun lebar seperti pohon petai (Parkisa speciosa).
Pohon petai dengan batang yang besar dan perakaran yang kuat sangat baik untuk menyimpan air tanah. Daunnya yang berguguran menjadi pemasuk unsur organik di tanah dan menjadi cadangan hara yang melimpah bagi tanaman. Oleh karena itu maka sangat dianjurkan untuk menanam petai dengan cara tumpang sari bersama kopi atau lada; atau tanaman perkebunan lainnya yang membutuhkan nauangan mengingat tajuknya yang tebal. Penanaman petai di lahan tandus, akan mampu mengembalikan tingkat kesuburan lahan tersebut, sebab biomassa yang dihasilkan ranting dan daun, mampu memberikan asupan bahan organik pada tiap hektar lahan petai tersebut. Selain itu, petai juga mampu memberikan asupan nitrogen pada lahan yang akan aman tersimpan di dalam tanah. Hingga lahan tersebut tidak memerlukan lagi bahan organik maupun pupuk anorganik. Sehingga petai sangat bermanfaat untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, pada lahan – lahan non produktif.
------------------------------------
Oleh : Asbudi Salam, SP.
PPL Ahli Madya Kabupaten Nunukan